hidup tidak berhenti di selembar kertas bertuliskan "reactive".
1 Desember merupakan hari AIDS Internasional. Dengan ditetapkan hari tersebut sebagai hari AIDS Internasional bukan sekedar moment yang kita sambut dengan bahagia melainkan sebagai peringatan kepada kita sebagai umat manusia untuk mengetahui dan menyadari akan betapa bahayanya penyakit menular yang disebabkan oleh virus HIV. Sedikit penjelasan mengenai HIV dan AIDS. HIV ialah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. Virus yang menyebabkan rusaknya atau melemahnya sistem kekebalan tubuh manusia. Virus HIV membutuhkan sel-sel kekebalan kita untuk berkembang biak. Secara alamiah sel kekebalan kita akan dimanfaatkan, hingga lama-kelamaan sel kekebalan tubuh kita habis dan jumlah virus menjadi sangat banyak. AIDS adalah kependekan dari Acquired Immune Deficiency Síndrome, yaitu merupakan kumpulan beberapa gejala akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh HIV. AIDS muncul setelah virus HIV menyerang sistem kekebalan tubuh menusia selama lima ingá sepuluh tahun lebih. Sistem kekebalan tubuh menjadi lemah dan satu atau lebih penyakit dapat timbul, karena lemahnya sistem kekebalan tubuh tadi, beberapa penyakit bisa menjadi lebih parah dari biasanya.
Cairan yang berpotensial mengandung virus HIV adalah darah, cairan sperma, cairan vagina dan air susu ibu. Sedangkan cairan yang tidak berpotensi untuk menularkan virus HIV adalah cairan keringat, air liur, air mata dan lain-lain. Dilihat dari gejalanya terdapat 2 gejala seseorang terkena HIV yaitu gejala mayor (umum terjadi) dan gejala minor (tidak umum terjadi). Gejala mayor, seperti berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan, diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan, demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan, penurunan kesadaran dan gangguan neurologis. Sedangkan gejala minor seperti batuk menetap lebih dari 1 bulan, infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita. HIV dapat di tularkan dengan cara, berhubungan seks berganti - ganti pasangan, menggunakan satu jarum suntik secara bergantian atau menggunakan jarum bekas, dan ibu yang terinfeksi HIV bisa menularkan kepada bayi yang dikandungnya melalui kelahiran atau air susu ibu, transfusi darah. Sama halnya denyan penyakit yang lain, pencegahan lebih baik dari pada mengobati, selama belum menikah tidak berhubungan seks sama sekali, menggunakan sikat gigi atau pisau cukur sendiri, karena selain untuk kebersihan pribadi, jika terdapat darah akan ada resiko penularan dengan virus lain yang diangkut aliran darah (seperti hepatitis) bukan hanya HIV, berlaku saling setia alias berhubungan seks hanya denga pasangan kita yang sah, memakai kondom saat berhubungan seks, tidak menggunakan satu jarum suntik untuk dua orang atau lebih.
Sebagai makhluk sosial, kita diberikan dua pilihan dalam menjalani kehidupan. Ada hitam dan putih, baik dan buruk. Sebagai manusia yang merdeka tentunya kita memiliki hak asasi dalam menguasai diri kita sepenuhnya. Tapi terkadang kebebasan tersebut terlalu melenceng sehingga kita lupa akan batasan-batasan yang ada. Kita terlena dalam menikmati kebebasan tersebut sehingga membuat kita terkadang terlalu jauh dari tuhan sehingga terjerumus dalam satu lingkaran setan. Seseorang yang positif mengidap HIV tetaplah seorang manusia yang utuh, tentunya kita juga sudah seharusnya memperlakukan individu tersebut tanpa ada perbedaan. Ada yang beranggapan bahwa seseorang yang positif terkena virus HIV itu sudah merupakan hukuman dari tuhan. Jikalau memang begitu, apakah kita sebagai umat manusia pantas untuk menghukum dan menghakimi individu tersebut? Suatu kesalahan harus dibayar dengan suatu tanggung jawab, dengan menerima keadaan mereka sebagai pengidap HIV menurut saya sudah cukup. Saya pribadi memiliki kepercayaan bahwa setiap individu yang memiliki perilaku yang bisa dikatakan liar pasti ada sisi kelembutannya, setiap individu yang positif terkena HIV pasti memiliki sisi positif yang bisa kita jadikan panutan. Tidak banyak orang yang mau terbuka mengenai anggota keluarganya yang positif terkena HIV. Mereka menganggap bahwa itu suatu aib yang telah mencoreng nama besar keluarga mereka. Umumnya yang mau terbuka justru teman dan hanya beberapa pengidap yang mau berbagi dengan masyarakat.
Satu contoh dikemukakan oleh seorang pria berumur 33 tahun seorang gitaris dari sebuah band alternatif, ia memiliki seorang teman yang positif mengidap HIV yang saat ini sudah meninggal dunia. Awal kenal dengan si penderita itu dari seorang teman dan akhirnya sempat membuat sebuah grup musik. Hubungannya dengan almarhum bisa dibilang cukup dekat secara personal. Menurut dirinya, temannya ini memiliki kepribadian yang baik, tidak banyak omong, sederhana dan ramah. Awal kenal, temannya itu belum positif mengidap HIV. Dia diberitahu oleh temannya itu sekitar setahun sebelum akhirnya dia meninggal. ”Jujur gue tau persis perasaan dia saat itu, keliatan banget kalau dia menutupi hal ini dari orang sekitar kecuali gue, gue tidak masalah dan tidak akan merubah kadar pertemanan gue dan dia, mungkin dia ada rasa takut kalau seandainya gue berubah sikap ke dia”. Menjelang akhir hayatnya, temannya itu sempat tinggal bersamanya selama 3 bulan, untuk membahas materi lagu dan lirik karena saat itu kita sedang dalam proses rekaman album perdana. Dengan kondisinya seperti itu, ia tetap memiliki semangat dalam menghasilkan karya. Dengan kondisinya ia tetap menjalani hidup sebagaimana orang lain lakukan, tetap semangat mengejar mimpi dan obsesinya sebagai seorang musisi. Namun, lama-lama kondisi tubuhnya semakin tidak mendukung, hingga suatu malam dia mengalami anval dan dibawa kerumah sakit, esok harinya dia pergi untuk selamanya.
”Semangat dari almarhum yang membuat gue tetap semangat dalam menjalani kehidupan, karena sejujurnya gue sejak Januari 2009 dinyatakan positif HIV”. Dari awal mengenal obat-obatan terlarang ia sudah mengetahui resikonya suatu saat nanti ia akan terkena HIV, tapi saat itu ia tidak terlalu jauh memikirkannya. Awal mengetahui dirinya positif HIV ia bisa menerima keadaan, dan ia berharap akan selamanya seperti ini tanpa pernah sedikitpun merasa putus asa dan rendah diri. Awalnya ia tetap beraktivitas seperti biasa, kerja dan tetap bermain musik, akan tetapi kondisi fisiknya tidak mendukung. ”Saat ini gue turutin apa kata dokter”, anjuran dari dokter agar hidup lebih sehat dengan mengkonsumsi obat ARV yang harus dikonsumsi seumur hidup untuk memperlambat pergerakan dari virus HIV di tubuhnya dan mengikuti terapi-terapi. Dia lebih memilih untuk berobat dengan dokter umum dibanding masuk rehabilitasi, karena justru dengan masuk pusat rehabilitasi baginya hanya akan memperluas pergaulannya dengan sesama pengguna, ”sama saja seperti masuk lingkaran setan”. ”Alhamdulillah, saat ini badan gue sudah gemukan lagi”. Ia pun mengucap syukur karena memiliki keluarga yang bisa dikatakan bersifat terbuka, karena sejak awal dirinya dinyatakan positif HIV, dukungan dari keluarganya sangat besar. Justru mereka takut seandainya dengan kondisi saat ini malah jadi putus asa, ia selalu dikasih masukan yang positif oleh keluarga seperti tetap semangat, jangan menyerah dan selalu tetap inget tuhan. Ia mengakui saat ini ia memandang hidup jadi lebih berbeda, walaupun tidak terlalu banyak perubahan tapi ia mulai mengerti bagaimana hidup sehat, setidaknya ia mulai mengurangi konsumsi akan ”putaw”, rokok, mulai olah raga teratur dan tentunya secara spiritual ia berusaha untuk lebih mendekatkan diri dengan tuhan. Keinginannya saat ini ialah ia ingin memulai hidup baru dan seperti pada umumnya seorang lelaki seusianya yaitu hidup mapan dan tetap menyalurkan hasrat bermusiknya.
Pada dasarnya manusia terlahir tidak sempurna, dan tidak ada gunanya juga untuk menyesali apa yang telah terjadi dalam hidup. Setiap manusia pasti melakukan kesalahan, dan kita sebagai sesama umat manusia tidak pantas rasanya untuk menghakimi. Satu hal yang pasti dibutuhkan oleh seseorang yang positif mengidap HIV ialah dukungan dari orang –orang terdekatnya baik itu keluarga dan teman-teman dekatnya. ”Dukungan merupakan obat yang paling ampuh, hal ini diucapkan oleh seorang tato artist yang kehilangan seorang teman karena positif mengidap HIV. Menjelang akhir hidup dari temannya ia dan kawan-kawannya selalu berusaha untuk memberikan semangat agar temannya itu tidak patah semangat dan makin memperburuk keadaannya dan kondisi kesehatannya. Tapi tuhan berkata lain. Dengan uluran tangan dan rangkulan kita dibahu mereka tentunya akan memberikan semangat bagi mereka dalam menjalani hidup. Setiap peristiwa yang kita alami dalam hidup pasti ada alasannya dan bisa dijadikan suatu pelajaran yang berguna baik untuk diri kita sendiri maupun orang lain. Hal ini tentunya menjadi pelajaran yang berharga bagi kita, agar tidak salah mengambil keputusan dalam menjalani hidup. Manusia dimata tuhan pada dasarnya sama, tidak ada bedanya, dengan adanya sikap diskriminasi terhadap penderita HIV tentunya sangat tidak adil. Dengan kita mau menerima dan merangkul mereka itu memang tidak menyembuhkan mereka secara fisik akan tetapi meringankan beban mental mereka.
awalnya niat saya ialah mewawancarai seorang teman yang mempunyai teman yang positif HIV, tapi ketika sesi tanya jawab dimulai, ketika saya sudah mau mengakhiri tanya jawab, kemudian pria tersebut berkata, "ada yang mau gue kasih tau juga sama lo, sebenarnya gue juga positif!kalo gak percaya gue ambil hasil dari laboratorium yang memvonis gue positif"...
Simple Together
10 years ago
0 komentar:
Post a Comment