Tuesday, August 31, 2010

eric clapton-tears in heaven



Would you know my name
If I saw you in heaven
Will it be the same
If I saw you in heaven
I must be strong, and carry on
Cause I know I don’t belong
Here in heaven
Would you hold my hand
If I saw you in heaven
Would you help me stand
If I saw you in heaven
I’ll find my way, through night and day
Cause I know I just can’t stay
Here in heaven
Time can bring you down
Time can bend your knee
Time can break your heart
Have you begging please
Begging please
(instrumental)
Beyond the door
There’s peace I’m sure
And I know there’ll be no more…
Tears in heaven
Would you know my name
If I saw you in heaven
Will it be the same
If I saw you in heaven
I must be strong, and carry on
Cause I know I don’t belong
Here in heaven
Cause I know I don’t belong
Here in heaven


pap,jika memang surga itu benar-benar ada dan kita dipertemukan lagi disana, apakah kita masih saling mengenal?begitu banyak hal yang ingin saya ceritakan...segala sesuatu tentang hidup saya setelah kepergian papa....

Monday, August 30, 2010

Mengejar Putu

“Pejuang Keadilan Melalui Sastra”

“Baiklah, kita bertemu di Teater Luwes di Institut Kesenian Jakarta pukul 4 sore ini”, kemudian telefon dimatikan dan saat ini saya sudah berada di tempat yang diberitahukan di telefon tadi. Ketika saya tiba ternyata sedang ada pagelaran festival teater yang di ikuti oleh beberapa kelompok. Pukul 18.00 tepat saya pun akhirnya bertemu dengan pria yang berbicara dengan saya di telefon tadi. Seorang pria yang identik dengan topi pet putihnya yang selalu menempel dikepalanya. Pria tersebut memiliki nama lengkap I Gusti Ngurah Putu Wijaya, namun publik lebih mengenalnya dengan panggilan Putu Wijaya. Sejak ,duduk di SMP ia mengaku sudah mulai menulis cerita pendek dan ketika di SMA Singaraja mulai terjun ke dalam kegiatan sandiwara. Menulis baginya seperti menggorok leher tanpa menyakiti, bahkan kalau bisa tanpa diketahui. Hingga saat ini sudah tidak terhitung lagi karyanya dan begitu juga penghargaan yang pernah ia terima dari kegiatan berkeseniannya. Ketika ia kecil dulu disaat dirinya sedang menggemari kegiatan kesenian orang tuanya sempat cemas, maka ia pernah berkata, tegurlah saya kalau dengan saya berkesenian justru mengganggu nilai-nilai pelajaran saya disekolah”, dan ia membuktikan dengan prestasinya di sekolah. Namun ketika harus memilih program studi yang akan diambil di perguruan tinggi dia memilih untuk mengambil program pendidikan yang tidak berkaitan dengan kegitannya sejak SMP, justru ia mengambil kuliah di Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada Yogyakarta. “Orangtua saya berharap saya menjadi dokter, tapi dalam hal ilmu pasti saya tidak terlalu kuat”, ujarnya. Karena jaman dulu profesi yang umumnya diinginkan oleh sebagian besar orang tua agar anaknya memiliki masa depan yang cerah ialah menjadi insinyur, dokter atau misterenderchten yang saat ini dikenal dengan istilah sarjana hukum. Demi menyenangkan hati orang tuanya, beliau mendaftar di fakultas hukum, meskipun hati dan minatnya di bidang sastra akan tetapi ia juga tertarik dengan sejarah, problematika hukum dan fokus terhadap pelajaran itu semasa sekolah. Sikapnya seperti itu karena ia menghormati orang tua dan ingin menyenangkan orang tuanya sebagai perwujudan bakti anak terhadap orangtua. Namun ketika beberapa tahun kuliah, ternyata gelar misterenderechten di hapus dan diganti menjadi sarjana hukum, dengan kekecewaan yang cukup mendalam ia tetap menyelesaikan studinya hingga lulus. Tetapi ia menyadari bahwa tidak mungkin rasanya menyenangkan hati orang lain terus menerus, karena tentunya ia juga ingin menyenangkan dirinya sendiri. Setelah lulus kuliah ia berbicara dengan kedua orangtuanya, ”biarkan saya memilih jalan hidup saya sendiri dan melanjutkan apa yang saya mau, saya ingin fokus di bidang kesenian”. Kemudian ia memutuskan untuk ke Jakarta dan pada saat itu ia bekerja menjadi seorang wartawan dan aktif di pementasan drama. Sempat ada perasaan bersalah dalam dirinya kenapa ia tidak bekerja sesuai dengan latar belakang pendidikan. Kemudian ia mengutarakan hal ini kepada seorang teman dan memberikan pendapat yang membuat dirinya lega, ”mensosialisasikan pendidikan itu tidak harus pada bidangnya, apa yang kamu lakukan saat ini sebenarnya bisa dijadikan kelanjutan apa yang telah kamu pelajari, menegakkan keadilan tidak harus selalu dimeja hijau, akan tetapi melalui media lain juga bisa seperti sastra”. Maka dari itu pada prakteknya dalam tulisannnya ia mengaku juga banyak yang menceritakan tentang penegakkan keadilan dan mengenai kebenaran, hanya medianya yang berbeda.

Sebagai seorang sarjana hukum ia memiliki pandangan mengenai hukum yang berlaku di negara kita ini, menurut dirinya sejak dulu ia tidak percaya bahwa hukum dinegara kita bisa menyelesaikan permasalahan hukum dengan baik. Karena menurutnya selalu ada campur tangan dari dalam maupun dari luar sehingga hukum tidak bisa di tegakkan secara sempurna. Dilihat dari budaya masyarakat kita bahwa masyarakat feodal, masyarakat timur yang suka harmoni, tidak suka berperkara, dan kebiasaan dari masyarakat kita itu suka membela teman maupun saudara yang menyebabkan peristiwa hukum menjadi sesuatu yang menegangkan, menambah permusuhan sehingga peristiwa hukum itu lebih sering dihindari. Dan juga dasar hukum negara kita ini masih warisan dari Belanda, maka dari itu ia masih kurang percaya dengan hukum positif yang berlaku di negara kita saat ini. Hal itu juga yang menjadikan alasan dirinya untuk tidak terjun ke bidang hukum lebih jauh. Hukum tidak kuat karena pelaksanaannya berjalan sangat lemah, sehingga hukum tidak mempunyai kekuatan hukum. Karena bisa di interupsi dengan hal-hal lain seperti kekuasaan, politik, ekonomi, kekeluargaan sehingga hukum tidak bisa ditegakkan. Misalkan setiap orang yang berada diluar perkara selalu berkata untuk tegakkan hukum dan keadilan, sedangkan ketika sedang berperkara dia melakukan jalur pintas, menghalalkan segala cara sehingga hukum tidak jalan. Sering orang menegakkan hukum dengan cara yang tidak sesuai dengan jalur hukum. Jika temannya yang berperkara dibela habis-habisan, sedangkan jika orang lain dia mana peduli. Sebenernya hukum secara materi yang ada saat ini tidak salah, cuma oknum dan aparatnya yang menurut saya salah. Manusianya sendiri yang tidak ada keinginan untuk menegakkan hukum, hukum demi kepentingannya baru dia tegakkan sedangkan jika untuk orang lain mana peduli, bukan hanya dibidang hukum saja, tapi segala hal, demokrasi pun seperti itu. ketika kita bersinggungan dengan orang lain kita menjunjung tinggi hak kita, sedangkan kita tidak memperdulikan hak orang lain. Seperti ada pendapat yang mengatakan hukum itu ibaratnya pedang bermata dua, yang secara harfiah bisa diartikan bahwa hukum itu bisa membela seseorang yang memang seharusnya dibela, namun hukum juga bisa menjatuhkan seseorang yang seharusnya dibela. Dalam hal ini menurut saya tergantung seseorang dibalik pedang itu, misalkan contoh paling sederhana ialah pisau dapur, jika dipergunakan sebaik mungkin dan digunakan oleh seorang ibu untuk memasak maka tidak mungkin pisau itu akan menyakiti orang lain, lain hal apabila pisau itu digunakan oleh seorang penjahat justru pisau itu akan mematikan dan membahayakan orang lain. Pada dasarnya moralitas kita yang memang belum terbentuk secara baik, moralitas kita masih sakit. Moralitas kita tidak terurus dengan baik. Karena pendidikan moral kita dibiarkan tidak terurus dengan baik. Banyak yang bilang moralitas kita dapat dibentuk dan diluruskan dengan agama. Agama memang bisa, tapi sering juga para pemuka agama yang memiliki intepretasi dan kepentingan sehingga ajaran agamanya pun jadi menyeleweng dan itu dilakukan hanya demi kepentingannya pribadi. Hal tersebut yang menyebabkan moralitas kita tidak sehat. Menurut beliau perundangan yang berlaku saat ini juga terlalu banyak dan terlalu rumit sehingga masyarakat awam pun dibuat bingung karena terlalu banyaknya peraturan. Menurutnya apabila moralitas kita sehat bagaimana pun sederhananya peraturan kita pasti akan jalan, seperti UUD 1945, banyak yang bilang UUD 1945 kita terlalu sederhana, menurut dirinya bukan itu permasalahannya, sederhana itu bagus karena dengan sesederhana itu bisa melahirkan peraturan-peraturan lainnya. Kita manusia memang sakit, termasuk saya begitu juga anda. Kita sebagai anak bangsa ini memang sedang sakit, ketidakseimbangan dimana-mana. Di negeri ini semua orang melanggar hukum. Kita harus mengadakan suatu pencucian besar-besaran dari bawah ke atas. Selama ini kita hanya melihat keatas dan menyatakan bahwa diatas kotor, tapi kita lupa untuk melihat ke bawah, sebenarnya di bawah juga kotor. Maka itu saya bilang kita sakit sama-sama, tidak ada yang bisa menolong kalau kita semua sakit. Siapa yang bisa menyembuhkan kita? Setelah masa reformasi dulu yang ditawarkan untuk memperbaiki bangsa kita hanya dua hal yaitu stabilitas politik dan stabilitas ekonomi. Tidak pernah disebutkan stabilitas hukum dan kebudayaan. Dan dua hal tersebut menjadi primadona saat ini sehingga semua orang ingin jadi pengusaha dan politikus, keduanya bersatu dan mereka yang menguasai negara kita, tanpa ada uang tidak bisa menang dan kemenangan menghasilkan uang. Perihal kebudayaan dan hukum itu bisa disatupadukan. Kita harus menanamkan di dalam diri kita untuk menghargai hak dan kewajiban seseorang. Hukum itu sederhana, jika kita sudah bisa menghargai hak dan kewajiban seseorang dan tahu batasannya maka hukum di negara kita bisa ditegakkan sebagaimana mustinya. Jika kita mau bersama-sama dan bergotong-royong untuk membersihkan moralitas kita, maka perlahan bangsa ini akan membaik.

Setelah ia memutuskan untuk tidak terjun ke bidang hukum, ia memutuskan untuk fokus dibidang kesenian. Pada saat itu ia menyadari bahwa kehidupan seniman itu tidak menjanjikan apa-apa, belum menjamin kehidupan saya kecuali menjadi seniman yang profesional. Menjadi seorang seniman profesional itu tidak mudah, maka dari itu saya hanya berkesenian. Tujuan saya berkesenian itu hanya untuk berekspresi, seperti dalam seni teater, drama, mengarang. Bukan berkesenian untuk menjadikan tujuan kehidupan dan untuk menghidupi diri saya bahkan justru saya yang terkadang menghidupi kesenian itu sendiri. “Pekerjaan saya itu apa saja, saya pernah menjadi wartawan, menjadi juri apapun itu. Saya itu ibarat pemulung, dimana ada sampah-sampah yang mungkin masíh ada sisa makanan saya ambil”. Dalam hal berkesenian banyak seniman yang berkarya mengikuti kemauan produser, dalam hal ini ia mempunyai dua pendapat yaitu kesenian sebagai barang komoditi dan kesenian sebagai bentuk ekspresi. Kesenian sebagai barang komoditi itu bagian dari industri dan memang harus mengikuti pasar, apa yang diminta pasar maka itu yang dibuat dan itu bisa dijadikan sebagai pekerjaan, sedangkan seni sebagai bentuk ekspresi tidak melihat pasar, hanya sebatas bentuk ekspresi seseorang dan tidak berharap mendapat keuntungan secara materi. Dua hal tersebut memang sangat bertolak belakang, bentuk seni sebagai komoditi bisa mengantarkan seseorang menjadi kaya raya, sedangkan seni sebagai ekspresi hanya mengantarkan nama seseorang dikenal dan karyanya di akui. Tapi ada kemungkinan dua hal tersebut menyatu juga seperti film Laskar Pelangi dan Naga Bonar, kedua film tersebut mendapat keuntungan banyak dari segi materi, sedangkan dari sisi seni sebagai ekspresi juga diakui karyanya oleh pemerhati seni. Sangat jarang ditemukan kondisi dimana para kritikus dan masyarakat umum saling jalan bersamaan. Banyak juga karya yang laku tapi dari segi kualitas sama sekali tidak diakui, begitu juga sebaliknya karya yang nilai seninya diakui sedangkan dari segi materi tidak mendapat apa-apa. Dalam hal ini menurut beliau hanya ada satu kata yang bisa menjadi penengah diantara dua kondisi tersebut yaitu kompromi. Banyak yang menganggap kompromi itu satu kekalahan, dimana kita memberikan kesempatan kepada orang lain bahwa pemikiran kita ditawar dan kita mengikuti pasar. Kalau menurut saya kompromi itu kemenangan. Karena kita berhadapan dengan orang banyak, kita berekspresi itu pasti akan bertemu dengan penikmat, peminat dan penggemar kita, tidak mungkin kita bisa berkomunikasi secara baik dengan mereka kalau kita tidak memperhatikan mereka. Maka dari itu ide kita yang murni dari imajinasi kita harus kita berikan bumbu-bumbu yang terkadang harus memotong ide awal dan menambah dengan segala bumbu lain yang harus kita adaptasikan dari selera masyarakat. Kita perlu mengemas karya tersebut seolah-olah kita berekspresi untuk mereka, sebenarnya kita sedang berekspresi untuk diri kita sendiri tapi kita menolong ekspresi kita supaya dapat menggigit dengan telak siapa yang akan dijumpai oleh ekspresi tersebut. Ia mempelajari hal ini ketika ia menjadi wartawan, “tidak mungkin rasanya saya menulis menunggu mood saya sedangkan waktu terus berjalan dan tidak mungkin saya menulis hanya sesuatu yang saya suka secara pribadi, saya harus mengikuti apa yang dikatakan oleh pimpinan redaksi”. Kompromi itu juga bisa diartikan dengan tekanan, tekanan itu merupakan suatu tenaga rahasia yang bisa membuat kita untuk melakukan suatu hal yang tidak pernah bisa kita lakukan dalam keadaan biasa, jadi kompromi itu luar biasa tenaganya. Jika tidak ada kompromi atau tekanan tersebut kita tidak bisa menghasilkan sesuatu yang maksimal. Saya termasuk individu yang menganggap kata kompromi sebagai suatu kemenangan. Baginya tidak ada masalah perihal karyanya itu lebih ke komoditi atau sekedar ekspresi, tapi kompromi itu ada batasnya. pernah ia mendapatkan penawaran dari satu produser dengan segala tuntutannya, pada saat itu menganggap ini tantangan, ia coba untuk memenuhi permintaan dari produser tersebut dengan segala tuntutannnya”. Ia coba buat satu cerita sesuai keinginannya, ketika sudah selesai ia coba berikan materi yang telah ia buat, tapi si produser menyatakan ketidakpuasannya, “kurang action”, ujar produser tersebut. Lalu ia coba revisi kembali dan menyerahkan materi yang sudah coba ia perbaiki, dan produser tersebut tetap menuntut perubahan dari materinya, “kurang adegan sensual”, katanya. Maka ia memutuskan untuk menghentikan proyeknya itu dan ia kembalikan uang si produser tersebut. “Buat apa saya mendapatkan uang banyak tapi karya saya tidak diakui, uang habis karya juga tidak diakui”, ia tidak mau jika dimakan bulat-bulat dengan kompromi sendiri. “Produser itu kan umumnya hanya pedagang biasa yang mau meraup keuntungan, walaupun katanya produser tersebut memiliki ide cerita dan sebagainya, sebenarnya tujuan utamanya hanya materi”.

Perihal selera pasar kita yang katanya lebih suka dengan film horor, sensual, sinetronnya juga seperti yang kita lihat sekarang, infotainment yang menjual sensasi itu tolak ukurnya darimana? Apakah masyarakat kita haus akan sensasi dan ingin tampil di televisi? Saya sering menerima sms dari rekan politikus yag menginformasikan bahwa ia masuk televisi. Apakah benar orang indonesia seleranya seperti ini? Jika Indonesia ini terdiri dari dua ratus dua puluh juta jiwa penduduk sedangkan menurut info suatu film berhasil ditonton oleh lima ribu jiwa. Apakah sebanding dua ratus dua puluh juta jiwa tersebut di representasikan dengan lima ribu jiwa tersebut. Itu hanya pendapat dari sang produser yang notabene hanya ingin meraup keuntungan, jika dikatakan selera pasar itu hanya menurut dia, lebih tepatnya selera produsernya, lagipula juga pilihan yang ada hanya film-film seperti itu. “Saya percaya bahwa selera masyarakat Indonesia tidak serendah itu”. Pada suatu ketika nanti ketika stándar pendidikan, ekonomi, tingkat kritis masyarakat sudah merata kondisinya tidak akan separah ini walaupun masih tetap ada. Hal-hal yang berbau maksiat, mesum dan sensasi itu dimana-mana ada dan itu bagian dari romántika dan dialektika dari sebuah kehidupan, tapi semoga di masa depan tidak sedasyat saat ini, ibaratnya sebuah kebun apel yang sudah di semprot dengan anti hama akan tetapi tetap saja ada pohonnya yang buahnya masih di gerogoti ulat.

Kesenian kita sudah terlalu jauh masuk ke industri memasuki suatu keadaan yang berbahaya. Sikap kritis dari media sangat perlu dan hak-hak masyarakat juga perlu diperjuangkan. Rakyat sebgai penonton harus dilindungi dan mempunyai hak untuk mengatakan tidak terhadap acara yang tidak berkualitas. Buat apa berkeluh kesah menyatakan sinetronnya jelek tapi dia tidak melakukan apa-apa. Seharusnya kita sebagai indvidu yang hidup di negara hukum ini harus memperjuangkan hak dan kewajibannya. Seperti apa? misal, layangkan surat ke komisi penyiaran. Tuangkan segala kekesalan dan kritikannya agar televisi tidak menayangkan suatu program. Maka dari itu dirinya secara pribadi tidak setuju kalau lembaga sensor dihapuskan, karena diseluruh dunia ada sensor dan komisi penyiaran juga harus lebih tegas dalam hal menyeleksi program siaran yang pantas untuk di tayangkan di televisi. Di negara lain masyarakatnya sudah tumbuh kesadaran akan sensor. Meskipun beberapa negara tidak memiliki lembaga sensor, tapi parental guide dan masyarakat sudah mensensor hal yang tidak baik misal dalam penggunaan kata, jika ada kata-kata kasar suaranya di hilangkan dan ada jam-jam tertentu dalam hal penayangan program televisi. Sedangkan disini, “saya ingat betul ketika anak saya masih berumur dibawah 10 tahun saat itu dan saya menonton film Batman yang tertera batas umurnya itu umur 13 tahun, “Saya tanya keamanannya apakah anak saya boleh masuk karena belum berumur 13 tahun?”Jawaban dari orang tersebut “yah terserah bapak”. Apa itu? Apakah keuntungan secara materi lebih penting daripada moralitas?Seperti reality show, di pertunjukkan secara jelas mereka berkelahi dan caci memaki dan itu semua hanyalah kebohongan. Moral apa ini?ikatan moral kita untuk menjaga moral dan masa depan bangsa ini sudah tidak ada, program seperti itu hanya mendatangkan duit saja sedangkan masalah pendidikan yang bisa diambil tidak ada, yang penting profit dari iklan. Kecintaan akan materi itu sudah mencuci otak kita seolah materi itu segalanya. “Maka dari itu kita butuh hukum, hukum dan segala peraturannya itu tidak menyiksa kita, justru memberikan arahan kepada kita apa yang pantas kita lakukan atau tidak”, karena selama ini sebagian besar orang mengangap hukum itu membatasi bagaikan pedang yang melarang dan membelenggu kita”, ujar penggemar Led Zeppelín dan Deep Purple ini.


niat awalnya ialah mewawancarai seorang christine hakim. tapi apa daya beliau nampaknya sedang sibuk dengan syuting eat,pray, love saat itu. disaat dedy mizwar menggantungkan dan memberikan janji-janji palsu, saat itu saya sedang berada di taman ismail marzuki dan melihat seorang pria yang tidak pernah lepas dari topi petnya sedang melangkah terburu-buru. segera saya berlari mengejar beliau dan menanyakan nomor telepon beliau. keesokan harinya saya coba hubungi nomor yang beliau kasih, saya utarakan maksuda saya dan lusa saya sudah berada di teater mini IKJ. awal wawancara saya sedikit kebingan karena beliau tidak mau menjawab pertanyaan yg sifatnya data. dengan sedikit memutar otak akhirnya sesi wawancara pun berhasil diselesaikan dengan hasil yang menurut saya maksimal.

Sejujurnya gue positif

hidup tidak berhenti di selembar kertas bertuliskan "reactive".

1 Desember merupakan hari AIDS Internasional. Dengan ditetapkan hari tersebut sebagai hari AIDS Internasional bukan sekedar moment yang kita sambut dengan bahagia melainkan sebagai peringatan kepada kita sebagai umat manusia untuk mengetahui dan menyadari akan betapa bahayanya penyakit menular yang disebabkan oleh virus HIV. Sedikit penjelasan mengenai HIV dan AIDS. HIV ialah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. Virus yang menyebabkan rusaknya atau melemahnya sistem kekebalan tubuh manusia. Virus HIV membutuhkan sel-sel kekebalan kita untuk berkembang biak. Secara alamiah sel kekebalan kita akan dimanfaatkan, hingga lama-kelamaan sel kekebalan tubuh kita habis dan jumlah virus menjadi sangat banyak. AIDS adalah kependekan dari Acquired Immune Deficiency Síndrome, yaitu merupakan kumpulan beberapa gejala akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh HIV. AIDS muncul setelah virus HIV menyerang sistem kekebalan tubuh menusia selama lima ingá sepuluh tahun lebih. Sistem kekebalan tubuh menjadi lemah dan satu atau lebih penyakit dapat timbul, karena lemahnya sistem kekebalan tubuh tadi, beberapa penyakit bisa menjadi lebih parah dari biasanya.

Cairan yang berpotensial mengandung virus HIV adalah darah, cairan sperma, cairan vagina dan air susu ibu. Sedangkan cairan yang tidak berpotensi untuk menularkan virus HIV adalah cairan keringat, air liur, air mata dan lain-lain. Dilihat dari gejalanya terdapat 2 gejala seseorang terkena HIV yaitu gejala mayor (umum terjadi) dan gejala minor (tidak umum terjadi). Gejala mayor, seperti berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan, diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan, demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan, penurunan kesadaran dan gangguan neurologis. Sedangkan gejala minor seperti batuk menetap lebih dari 1 bulan, infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita. HIV dapat di tularkan dengan cara, berhubungan seks berganti - ganti pasangan, menggunakan satu jarum suntik secara bergantian atau menggunakan jarum bekas, dan ibu yang terinfeksi HIV bisa menularkan kepada bayi yang dikandungnya melalui kelahiran atau air susu ibu, transfusi darah. Sama halnya denyan penyakit yang lain, pencegahan lebih baik dari pada mengobati, selama belum menikah tidak berhubungan seks sama sekali, menggunakan sikat gigi atau pisau cukur sendiri, karena selain untuk kebersihan pribadi, jika terdapat darah akan ada resiko penularan dengan virus lain yang diangkut aliran darah (seperti hepatitis) bukan hanya HIV, berlaku saling setia alias berhubungan seks hanya denga pasangan kita yang sah, memakai kondom saat berhubungan seks, tidak menggunakan satu jarum suntik untuk dua orang atau lebih.


Sebagai makhluk sosial, kita diberikan dua pilihan dalam menjalani kehidupan. Ada hitam dan putih, baik dan buruk. Sebagai manusia yang merdeka tentunya kita memiliki hak asasi dalam menguasai diri kita sepenuhnya. Tapi terkadang kebebasan tersebut terlalu melenceng sehingga kita lupa akan batasan-batasan yang ada. Kita terlena dalam menikmati kebebasan tersebut sehingga membuat kita terkadang terlalu jauh dari tuhan sehingga terjerumus dalam satu lingkaran setan. Seseorang yang positif mengidap HIV tetaplah seorang manusia yang utuh, tentunya kita juga sudah seharusnya memperlakukan individu tersebut tanpa ada perbedaan. Ada yang beranggapan bahwa seseorang yang positif terkena virus HIV itu sudah merupakan hukuman dari tuhan. Jikalau memang begitu, apakah kita sebagai umat manusia pantas untuk menghukum dan menghakimi individu tersebut? Suatu kesalahan harus dibayar dengan suatu tanggung jawab, dengan menerima keadaan mereka sebagai pengidap HIV menurut saya sudah cukup. Saya pribadi memiliki kepercayaan bahwa setiap individu yang memiliki perilaku yang bisa dikatakan liar pasti ada sisi kelembutannya, setiap individu yang positif terkena HIV pasti memiliki sisi positif yang bisa kita jadikan panutan. Tidak banyak orang yang mau terbuka mengenai anggota keluarganya yang positif terkena HIV. Mereka menganggap bahwa itu suatu aib yang telah mencoreng nama besar keluarga mereka. Umumnya yang mau terbuka justru teman dan hanya beberapa pengidap yang mau berbagi dengan masyarakat.

Satu contoh dikemukakan oleh seorang pria berumur 33 tahun seorang gitaris dari sebuah band alternatif, ia memiliki seorang teman yang positif mengidap HIV yang saat ini sudah meninggal dunia. Awal kenal dengan si penderita itu dari seorang teman dan akhirnya sempat membuat sebuah grup musik. Hubungannya dengan almarhum bisa dibilang cukup dekat secara personal. Menurut dirinya, temannya ini memiliki kepribadian yang baik, tidak banyak omong, sederhana dan ramah. Awal kenal, temannya itu belum positif mengidap HIV. Dia diberitahu oleh temannya itu sekitar setahun sebelum akhirnya dia meninggal. ”Jujur gue tau persis perasaan dia saat itu, keliatan banget kalau dia menutupi hal ini dari orang sekitar kecuali gue, gue tidak masalah dan tidak akan merubah kadar pertemanan gue dan dia, mungkin dia ada rasa takut kalau seandainya gue berubah sikap ke dia”. Menjelang akhir hayatnya, temannya itu sempat tinggal bersamanya selama 3 bulan, untuk membahas materi lagu dan lirik karena saat itu kita sedang dalam proses rekaman album perdana. Dengan kondisinya seperti itu, ia tetap memiliki semangat dalam menghasilkan karya. Dengan kondisinya ia tetap menjalani hidup sebagaimana orang lain lakukan, tetap semangat mengejar mimpi dan obsesinya sebagai seorang musisi. Namun, lama-lama kondisi tubuhnya semakin tidak mendukung, hingga suatu malam dia mengalami anval dan dibawa kerumah sakit, esok harinya dia pergi untuk selamanya.

”Semangat dari almarhum yang membuat gue tetap semangat dalam menjalani kehidupan, karena sejujurnya gue sejak Januari 2009 dinyatakan positif HIV”. Dari awal mengenal obat-obatan terlarang ia sudah mengetahui resikonya suatu saat nanti ia akan terkena HIV, tapi saat itu ia tidak terlalu jauh memikirkannya. Awal mengetahui dirinya positif HIV ia bisa menerima keadaan, dan ia berharap akan selamanya seperti ini tanpa pernah sedikitpun merasa putus asa dan rendah diri. Awalnya ia tetap beraktivitas seperti biasa, kerja dan tetap bermain musik, akan tetapi kondisi fisiknya tidak mendukung. ”Saat ini gue turutin apa kata dokter”, anjuran dari dokter agar hidup lebih sehat dengan mengkonsumsi obat ARV yang harus dikonsumsi seumur hidup untuk memperlambat pergerakan dari virus HIV di tubuhnya dan mengikuti terapi-terapi. Dia lebih memilih untuk berobat dengan dokter umum dibanding masuk rehabilitasi, karena justru dengan masuk pusat rehabilitasi baginya hanya akan memperluas pergaulannya dengan sesama pengguna, ”sama saja seperti masuk lingkaran setan”. ”Alhamdulillah, saat ini badan gue sudah gemukan lagi”. Ia pun mengucap syukur karena memiliki keluarga yang bisa dikatakan bersifat terbuka, karena sejak awal dirinya dinyatakan positif HIV, dukungan dari keluarganya sangat besar. Justru mereka takut seandainya dengan kondisi saat ini malah jadi putus asa, ia selalu dikasih masukan yang positif oleh keluarga seperti tetap semangat, jangan menyerah dan selalu tetap inget tuhan. Ia mengakui saat ini ia memandang hidup jadi lebih berbeda, walaupun tidak terlalu banyak perubahan tapi ia mulai mengerti bagaimana hidup sehat, setidaknya ia mulai mengurangi konsumsi akan ”putaw”, rokok, mulai olah raga teratur dan tentunya secara spiritual ia berusaha untuk lebih mendekatkan diri dengan tuhan. Keinginannya saat ini ialah ia ingin memulai hidup baru dan seperti pada umumnya seorang lelaki seusianya yaitu hidup mapan dan tetap menyalurkan hasrat bermusiknya.

Pada dasarnya manusia terlahir tidak sempurna, dan tidak ada gunanya juga untuk menyesali apa yang telah terjadi dalam hidup. Setiap manusia pasti melakukan kesalahan, dan kita sebagai sesama umat manusia tidak pantas rasanya untuk menghakimi. Satu hal yang pasti dibutuhkan oleh seseorang yang positif mengidap HIV ialah dukungan dari orang –orang terdekatnya baik itu keluarga dan teman-teman dekatnya. ”Dukungan merupakan obat yang paling ampuh, hal ini diucapkan oleh seorang tato artist yang kehilangan seorang teman karena positif mengidap HIV. Menjelang akhir hidup dari temannya ia dan kawan-kawannya selalu berusaha untuk memberikan semangat agar temannya itu tidak patah semangat dan makin memperburuk keadaannya dan kondisi kesehatannya. Tapi tuhan berkata lain. Dengan uluran tangan dan rangkulan kita dibahu mereka tentunya akan memberikan semangat bagi mereka dalam menjalani hidup. Setiap peristiwa yang kita alami dalam hidup pasti ada alasannya dan bisa dijadikan suatu pelajaran yang berguna baik untuk diri kita sendiri maupun orang lain. Hal ini tentunya menjadi pelajaran yang berharga bagi kita, agar tidak salah mengambil keputusan dalam menjalani hidup. Manusia dimata tuhan pada dasarnya sama, tidak ada bedanya, dengan adanya sikap diskriminasi terhadap penderita HIV tentunya sangat tidak adil. Dengan kita mau menerima dan merangkul mereka itu memang tidak menyembuhkan mereka secara fisik akan tetapi meringankan beban mental mereka.


awalnya niat saya ialah mewawancarai seorang teman yang mempunyai teman yang positif HIV, tapi ketika sesi tanya jawab dimulai, ketika saya sudah mau mengakhiri tanya jawab, kemudian pria tersebut berkata, "ada yang mau gue kasih tau juga sama lo, sebenarnya gue juga positif!kalo gak percaya gue ambil hasil dari laboratorium yang memvonis gue positif"...

Reportase No Use For A Name

No Use For A Name World Tour 2009
“Penantian sekian lama yang terbayarkan tanpa sedikit kekecewaan”
Setelah penantian 22 tahun akhirnya “No Use For A Name” (NUFAN) memasukan Indonesia ke dalam daftar tur dunia mereka yang bernama “No Use For A Name Indonesia Tour 2009”. NUFAN adalah sebuah band melodik punk dari San Jose, California, Amerika Serikat dibentuk pada tahun 1987 oleh Chris Dodge (gitar), Steve Papoutsis (bass), Rory Koff (drum), dan Tony Sly (vokal). Terhitung sejak berdirinya mereka telah 7 album dirilis melalui label “Fat Wreck Chords” yang merupakan label kepunyaan Fat Mike (NOFX). Malam itu, pada posisi gitar dibantu oleh teman mereka, Chris Rest yang merupakan gitaris Lagwagon karena ketika mengadakan tur promo album “The Feel Good Record of the Year” di Eropa, Dave Nassie sang gitaris menyatakan mundur untuk bergabung dengan band metal hardcore Bleeding Through.
Acara ini berlangsung di Hall Concert Bumi Wiyata Depok, walaupun lokasi event ini terbilang cukup jauh dari pusat kota dan malam itu Jakarta di guyur hujan yang sangat deras, akan tetapi tidak menyurutkan para fans untuk berdatangan, tidak hanya dari Jakarta, melainkan dari Bandung, Semarang dan Jogja. “No Use For A Name Indonesia Tour 2009” merupakan event keempat yang diadakan oleh Hit N' Run Production setelah sebelumnya mendatangkan Not Available, Misery Signal, dan Have Heart. Acara dimulai pada pukul 19.00 yang langsung dibuka oleh penampilan 4 band punk melodik lokal. Yang beruntung sebagai band pembuka pertama ialah Speak Up yang bermain cukup rapih dan menggigit, namun sayangnya crowd masih terlihat malu-malu untuk merapat ke stage. Band selanjutnya ialah salah satu pahlawan melodik punk Jakarta, Kuro. Malam itu mereka bermain dengan membawakan tembang-tembang mereka dari album “Ever Before”, perlahan namun pasti crowd pun mulai merapat ke stage, diakhir penampilan mereka sempat mengeluarkan statement mengenai album baru mereka yang akan segera rilis di tahun 2010. Disusul oleh No Label yang sedikit mengalami gangguan dengan sound mereka, tapi mereka bermain cukup rapih. Sebagai band pembuka terakhir malam itu ialah Do Sounds.
Sekitar pukul 21.15 WIB lampu-lampu mulai dipadamkan dan satu persatu personel NUFAN memasuki stage dan konser pun dimulai dengan sapaan dari sang vokalis “hello Indonesia, You guys are awesome”, raungan distorsi pun mulai terdengar dan tata cahaya pun mulai mewarnai panggung. “chasing rainbows” sebagai lagu pertama digeber dilanjutkan dengan, “invicible” dan “I want to be wrong” direspon oleh crowd dengan berdansa liar, body surfing dan bernyanyi bersama tapi tidak sedikitpun menimbulkan kericuhan karena mereka datang dengan tujuan untuk bersenang-senang dan melihat band idola mereka. Gelombang moshpit pun tak terelakan, hal ini membuat para personel No Use For A Name semakin bersemangat, lagu seperti Not Your Savior, Dumb Reminders, Don't Miss the Train, Room 19, The trumpet player dan beberapa tembang andalan mereka yang rata-rata diambil dari album lama mereka. Total 22 lagu dimainkan oleh mereka dengan penampilan yang atraktif dari melompat, berlari kesana kemari dan komunikasi yang terjalin dengan baik dengan crowd. Tak terasa sekitar sejam lebih mereka bermain menghibur para die hard fans mereka, dengan berat hati mereka harus menyudahi konser tersebut, tapi seolah crowd tidak merasa terpuaskan, ketika para personel NUFAN turun dari panggung serentak crowd berteriak “we want more”, dan satu persatu personel NUFAN kembali hadir ke atas panggung dan memainkan “Let Me Down”, “The Trumpet Player, dan “On The Outside sebagai pentup konser mereka. Hit n Run entertainment sebagai pihak promotour layak diberikan acungan jempol, karena mereka telah mengorganize event ini dengan kualitas yang baik seperti lighting, sound system yang di dukung oleh Three Chord System dan tidak sedikitpun terlihat raut wajah kekecewaan dari para crowd malam ini karena mereka telah mendapat suguhan yang berkualitas.

dipublikasikan oleh Far Magazine.

Endah 'n Resha

saya masih ingat betul, bagaimana proses wawancara ini akhirnya terwujudkan. saya searching di internet nomor manajemen mereka, setelah saya catat di hp saya ternyata nomor tersebut sudah ada di phonebook saya. namanya adit, saya mengenalnya pada tahun 2007an di sebuah technical meeting.okay singkat cerita, saya bikin janji untuk melakukan wawancara di sebuah pusat perbelanjaan setelah mereka melakukan sebuah mini show malam itu. yang paling berkesan ialah mereka merupakan artis pertama yang saya wawancara. di perjalanan menuju lokasi wawancara, saya bilang kepada rhesa, "mas saya grogi neh, baru pertama kali wawancara", dia menjawab, "santai aja ma kita". tiba di lokasi, kita sedikit bercanda-canda untuk mencairkan suasana, pertanyaan pertama keluar dan di pertanyaan kedua, endah nyeletuk,"ehmm, pertanyaan yang bagus, kita belum pernah ditanya hal ini. kemudian rhesa ikut menimpali, "lo bener baru pertama kali wawancara?"

yes, wawancara ini cukup memberikan kesan yang mendalam bagi saya karena ini merupakan wawancara pertama saya dan bisa dikatakan berhasil. malam itu suasana wawancara cukup hangat di selingi derai tawa. diperjalanan pulang saya berfikir dan saya meyakini bahwa saya bisa menjadi seorang jurnalist!

simak wawancara saya dengan Endah 'n Rhesa


Endah N Resha

Ketika kebanyakan para musisi mengejar popularitas dengan menjual diri mereka kepada label rekaman dengan membawakan materi yang ditentukan oleh label dengan alasan tuntutan pasar dan dengan format yang umumnya sebuah group band lengkap dengan gitar, bass, drum, atau keyboard dan instrument lainnya yang memang dibutuhkan. Dengan konsep minimalis hanya dengan gitar dan bass secara akustik sepasang kekasih Endah Widiastuti dan Rhesa Aditya, membulatkan tekad mereka dengan segala idealis yang mereka punya untuk ikut bertarung dikerasnya Industri musik Indonesia. Demi mengejar kebahagiaan bagi mereka berdua dalam bermain musik, mereka hadir ditengah-tengah kita sebagai alternatif di saat industri musik indonesia yang menurut saya pribadi saat ini sedang dalam keadaan yang membosankan. Dengan rasa ingin tahu yang sangat besar mengenai mereka saya pun mencari tahu tentang mereka dan akhirnya saya diberi kesempatan untuk melihat live performance mereka dan bercengkerama dengan mereka sambil menikmati santap malam, berikut hasil pembicaraan saya dengan Endah N Rhesa

Awal mulanya terbentuk Endah N Rhesa tahun berapa?
Endah(E): Terbentuknya Endah N Rhesa itu sejak tahun 2004, awalnya kita berdua tergabung dalam sebuah band  yang memainkan musik rock tapi lebih ke blues seperti Lenny Kravitz dan Alanis Morissete, karena kesibukan individu didalamnya sehingga mengakibatkan band tersebut tidak aktif lagi. Kebetulan kita berdua memang sering diskusi & sharing tentang musik, kita merasa ada kesamaan selera musik, maka akhirnya kita memutuskan untuk jalan berdua.

Music rock itu cenderung penuh distorsi, apa karena bosan dengan distorsi makanya kalian memainkan akustik?
Resha(R): Tujuan kita awalnya membuat musik untuk dimainkan berdua. Bagaimana kita bisa membuat musik untuk dimainkan berdua dan bagaimana men-serve musik yang kita mainkan ini. Karena kebutuhannya sejauh ini akustik maka untuk saat ini kita eksplorasi di akustik. Tapi tidak menutup kemungkinan jika di album kedua nanti kita menggunakan gitar elektrik, tergantung kebutuhannya dan eksplorasi dari masing-masing kita.

Kenapa hanya mengandalkan format gitar dan bass secara akustik tidak format band?
E: Awalnya kita berniat untuk mencari orang ketiga & keempat sebagai personel dengan format band, tapi agak sedikit sulit dan juga seiring waktu komunikasi kita berdua secara musikal sudah sangat baik dan chemistry yang ada sudah sangat kuat. Hingga suatu hari kami melihat penampilan yang sangat inspiring dari Bonita dibantu dengan teman-teman dari Cozy Street Corner, dengan format vokal diiringi dua gitar, dan jimbe musik mereka sudah hidup. Setelah melihat penampilan mereka akhirnya kita memantapkan tekad kita untuk bermain dengan format akustik.

Berarti Cozy Street Corner merupakan local heroes bagi kalian berdua? Bagaimana dengan musisi luar yang mempengaruhi kalian secara pribadi?
E: musisi yang membentuk format Endah N Rhesa itu memang Cozy Street Corner. Tapi kami pribadi ada musisi yang mempengaruhi, buat saya ada 4 John yang mempengaruhi saya secara pribadi John Frusciante dari Red Hot Chilli Peppers, John Mayer, John Scofield itu gitaris Jazz, john butler itu musisi indie terbesar di Australia. 
R: kalau saya pribadi itu terpengaruh oleh dave Mathews Band, Peter Wooten seorang bassis, dan saya  main bass karena Bondan Prakoso.

No Where To Go itu merupakan rilisan pertama kalian?
E: Bukan. “ Nowhere To Go” itu rilisan ke empat, sebelumnya kita pernah merilis EP dengan bermodalkan nekat dengan kualitas yang masih jauh dari kesan sempurna kita perbanyak cd sendiri trus jualnya juga hand by hand, memanfaatkan dunia maya tadi, seperti Facebook, Myspace, lagunya beberapa ada di album “Nowhere To Go”, tapi dengan kualitas rekaman dan segi permainan yang jauh  berbeda. 

Dalam proses pembuatan album “Nowhere To Go” ini Siapa saja musisi yang membantu?
E: Dalam pembuatan album ini kita dibantu oleh beberapa sahabat kita seperti Andre Harihandoyo bermain gitar di lagu “take me home”, Yandri Krisanto dan Benino sebagai brass section di lagu “ baby its you”, Yusak kosasih bermain piano di “catch the windows”, Yessi Kristianto memainkan sinthetyszer di “take me home”dan “catch the windows”, dan Rendi Raditya Backing vocal di “I don’t remember”, Adyhtya Abandika backing vocal hampir di setiap lagu.

bisa ceritakan tentang tokoh Shane Harden?
R: Shane Harden merupakan anagram dari Endah dan Rhesa yang merupakan tokoh yang memang sengaja kami buat untuk eksperimentasi musik kami,  serta perjalanannya di pulau keheningan, ‘silence island’ yang terapung di Samudra Tak Berujung. Shane menginginkan pertemuan-pertemuannya dan perjalanan ini disuarakan dalam bahasa musik melalui medium bernama Femalezone. Medium yang membantu Shane mengaburkan identitas dan menyembunyikan orang-orang yang kisahnya tertuang melalui lagu-lagu di album ini. Kemudian Shane mencoba membangun kontak liniear antara pulau Nowhere dengan dunia nyata melalui (i-dea), identification and data express aread dan dari sanalah semuanya mengalir keluar.

 Secara keseluruhan kalian menyebut jenis musik yang kalian mainkan itu apa?
R: Kita memainkan Ballads, karena saya baca dikamus kalau ballad itu music yang bercerita, Sedangkan kita memainkan music yang bercerita. Apapun musiknya itu yang penting bercerita, memang kita memasukkan banyak unsur seperti jazz, rock n roll , country dan masih banyak  lagi.

Dinegara kita bisa dibilang tidak umum dengan konsep yang kalian tawarkan, ada kesulitan dalam memainkan dan mempromosikan Endah N Rhesa?
E: Dari segi konsep musik, kita selalu percaya bahwa sesuatu yang tidak biasa itu akan memiliki pasar sendiri, kita tidak pernah khawatir dengan ketidak laziman format ini baik dr segi musik dan formasi kita. Untuk mempromosikan, dari awal kita tidak pernah melihat industri musik Indonesia secara global, di negara kita strategi yang umumnya digunakan oleh para musisi setelah rilis album harus bikin video klip untuk single pertama, sedangkan kita tidak mempunyai budget besar untuk membuat video klip. Satu strategi yang dari awal kita gunakan ialah digital campaigne seperti Facebook, Jauh sebelum rilis album kita sudah rajin invite orang untuk join ke grup dan fanpage kita, dengan begitu memudahkan kita untuk memberikan informasi kepada member kita tersebut. Tidak ada jalan lain, karena radio juga pasti bingung mau memutar lagu kita diprogam apa. Jika di masukkan ke chart Indonesia, lagu kita bukan bahasa Indonesia, masuk ke chart top 40 kita gak sekelas dengan mereka, paling ke chart Indie. Kita tidak memaksa mereka (radio) untuk memutar lagu kita dan kita sangat respect dengan keputusan tersebut. Menurut kita yang lebih penting ialah  menguatkan fan base kita sendiri. Orang suka atau tidak dengan apa yang kita mainkan itu kita kembalikan kepada mereka, kita sama sekali tidak memaksa.

Jadi tujuan utama Endah N Rhesa bukan popularitas?
E: tujuan utama kita, kebahagiaan. Kepuasan batin kita dalam memainkan musik. Kondisi apapun selama kita bahagia lahir dan bathin. Apa ada hal yang lebih berharga dalam hidup selain kebahagian?
R: Jadi kalau kita bahagia dan populer, Alhamdulillah. Kita bahagia, populer dan banyak uang lebih bagus lagi. Kalau kita populer dan banyak uang tapi tidak bahagia buat apa? Hal Itu yang seringkali dilupakan orang yaitu kebahagiaan.

Aktivitas kalian selain bermain music?
R: Kita full time musician. Selain itu kita memang ada aktivitas lain seperti Endah menjadi instruktur musik, kalau saya bikin website dan instruktur sound engineer.

Kalian merupakan sepasang kekasih, apakah mengganggu akivitas kalian dalam bermusik?
R: Tentu tidak. Kita tidak pernah ada masalah pribadi, jadi masalah kita adalah musik. Kalau lagi perform tiba-tiba Endah lupa lirik atau tempo nya “ngaco”,  atau perbedaan konsep dalam bikin lagu itu baru jadi masalah. Kalo kata Dedi vokalis Andra and The Backbone, kita itu mencampurbaurkan cinta dan pekerjaan, 90 % pekerjaan dan cinta 10 %.

Jika suatu saat kalian mendapat kesempatan untuk bergabung dengan Major Label dengan syarat pindah haluan musik menjadi melayu bagaimana?

E: Oh my god, Jelas gak mau, harga diri itu.  Walaupun dengan iming-iming duit 1 milyar pun gak mungkin.

Baiklah bukan melayu, dengan jenis musik lainnya yang bertolak belakang dengan musik Endah dan Rhesa saat ini?

E: Selama tidak ada paksaan untuk merubah musik, kita tidak masalah. Kita berdua adalah orang yang memiliki bargain position yang kuat, ketika major menginginkan kami untuk bergabung dengan, mereka mau tak mau harus menerima konsep yang kita punya. Intinya selama proses kreativitas kita tidak diganggu tidak masalah. Intinya kita tidak mengharamkan Major Label

Seberapa penting idealisme dalam bermusik bagi kalian?
R: Idealisme buat gue itu kesenangan dalam bermain musik. Kalau kita gak mendapatkan kesenangan tersebut berarti kita tidak idealis.
E: Mengutip perkataan seorang teman, setiap orang pasti mempunyai idealisme dan secara tidak sadar ketika kita berbagi idealisme tersebut, ada orang lain dibelahan bumi lain yang membutuhkan idealism kita tersebut. Kita pasti akan bertemu dengan orang-orang yang memiliki idealisme yang sama. Oleh karena itu kami tidak pernah khawatir dengan apa yang sudah kita ciptakan, kami menyadari apa yang kami ciptakan itu sangat tidak umum. Seperti tadi ada satu teman kita yang mendukung kami dan menghargai kami. Bukan karena dia meminta tanda tangan kepada kami tapi justru lebih kepada apresiasi yang ditunjukkan kepada kita karena kita dan dia memiliki idealisme yang sama.

Harapan Endah N Rhesa terhadap industri musik Indonesia
R: Harapan gue kedepannya buat industri musik Indonesia ini ditujukan kepada 3 pihak yaitu pihak pertama label dan media, band yang terekspos jangan band major saja, maksudnya jangan hanya tersegmentasi disitu saja. Masih banyak band bagus yang belum tereskspos. Buat para para musisi jangan takut untuk bikin sesuatu yang unik dan berbeda. Sekarang semuanya sama, dan berkesan seragam. Sesuatu yang unik itu akan lebih dilihat walaupun tidak sepopuler dengan band dengan jenis musik seragam. Dan buat para pendengar, jangan mendengarkan musik yang itu-itu saja.
E: Setuju dengan endah, kalau harapan saya lebih kepada para pendengar supaya lebih kritis. karena Itu juga menjadi suatu tantangan dan motivasi bagi kita untuk menghadirkan hal yang baru, jika para pendengar kita itu kritis tentunya akan  semakin merangsang hasrat kita dalam berkarya.

Obsesi atau keinginan terbesar dari Endah N Rhesa?
E&R: Simple, Kebahagiaan. karena musik itu untuk bahagia.

Sunday, August 8, 2010

4,5,6,7,8,10

Maliq and The Essenstials - Dia

Temukan apa arti dibalik cerita
Hati ini terasa berbunga-bunga
Membuat seakan aku melayang
Terbuai asmara

Adakah satu arti dibalik tatapan
Tersipu malu akan sebuah senyuman
Membuat suasana menjadi nyata
Begitu indahnya

* Dia seperti apa yang selalu ku nantikan aku inginkan
Dia melihatku apa adanya seakan kusempurna

Tanpa buah kata kau curi hatiku
Dia tunjukkan dengan tulus cintanya
Terasa berbeda saat bersamanya
Aku jatuh cinta

Dia bukakan pintu hatiku yang lama tak bisa kupercayakan cinta
Hingga dia disini memberi cintaku harapan

diawal saya mendengarkan lagu ini tidak terlalu begitu memperhatikan kata2 yang terdapat didalamnya, namun setelah sekian lama saya mendengarkan lagu ini, saya bermain di sebuah jaringan pertemanan saya dan menangkap kata-kata "Dia bukakan pintu hatiku yang lama tak bisa kupercayakan cinta, Hingga dia disini memberi cintaku harapan". saya tersentuh....saya tanyakan kepada teman saya tersebut, kata2nya bagus banget, dapet dari mana?dia bilang "ini lagunya malik met, yang "dia"...sekian lama saya dengarkan lagu tersebut tp saya tidak mengetahui bahwa kata-katanya yang terkandung sangat indah...kenapa saya suka sekali dengan bait terakhirnya,karena menggambarkan keadaan saya yang saat itu tidak memiliki seorang kekasih, namun saya berharap dipertemukan oleh sosok "dia" seperti apa yang ada di lagu ini, begitu sederhana, sosok dia yang sekiranya bisa memberikan saya kekuatan bahwa cinta itu tidak selamanya menyakitkan dan cinta itu memang sederhana dan indah. hingga akhirnya saya dipertemukan oleh seseorang yang tidak perlu saya sebutkan namanya di sini, tapi dia pasti sadar kalau yang saya maksud "dia" itu "kamu"....

Thursday, August 5, 2010

CInta-Khalil Gibran

kenapa kita menutup mata ketika kita tidur?
ketika kita menangis?
ketika kita membayangkan?
itu karena hal terindah di dunia tdk terlihat

ketika kita menemukan seseorang yang
keunikannya sejalan dengan kita, kita bergabung
dengannya dan jatuh ke dalam suatu keanehan
serupa yang dinamakan cinta.

Ada hal2 yang tidak ingin kita lepaskan,
seseorang yang tidak ingin kita tinggalkan,
tapi melepaskan bukan akhir dari dunia,
melainkan suatu awal kehidupan baru,
kebahagiaan ada untuk mereka yang tersakiti,
mereka yang telah dan tengah mencari dan
mereka yang telah mencoba.
karena merekalah yang bisa menghargai betapa
pentingnya orang yang telah menyentuh kehidupan
mereka.

Cinta yang sebenarnya adalah ketika kamu
menitikan air mata dan masih peduli terhadapnya,
adalah ketika dia tidak memperdulikanmu dan
kamu masih menunggunya dengan setia.

Adalah ketika di mulai mencintai orang lain dan
kamu masih bisa tersenyum dan berkata
” aku turut berbahagia untukmu ”

Apabila cinta tidak bertemu bebaskan dirimu,
biarkan hatimu kembalike alam bebas lagi.
kau mungkin menyadari, bahwa kamu menemukan
cinta dan kehilangannya, tapi ketika cinta itu mati
kamu tidak perlu mati bersama cinta itu.

Orang yang bahagia bukanlah mereka yang selalu
mendapatkan keinginannya, melainkan mereka
yang tetap bangkit ketika mereka jatuh, entah
bagaimana dalam perjalanan kehidupan.
kamu belajar lebih banyak tentang dirimu sendiri
dan menyadari bahwa penyesalan tidak
seharusnya ada, cintamu akan tetap di hatinya
sebagai penghargaan abadi atas pilihan2 hidup
yang telah kau buat.

Teman sejati, mengerti ketika kamu berkata ” aku
lupa ….”
menunggu selamanya ketika kamu berkata ”
tunggu sebentar ”
tetap tinggal ketika kamu berkata ” tinggalkan aku
sendiri ”
mebuka pintu meski kamu belum mengetuk dan
belum berkata ” bolehkah saya masuk ? ”
mencintai juga bukanlah bagaimana kamu
melupakan dia bila ia berbuat kesalahan,
melainkan bagaimana kamu memaafkan.

Bukanlah bagaimana kamu mendengarkan,
melainkan bagaimana kamu mengerti.
bukanlah apa yang kamu lihat, melainkan apa
yang kamu rasa,
bukanlah bagaimana kamu melepaskan melainkan
bagaimana kamu bertahan.

Mungkin akan tiba saatnya di mana kamu harus
berhenti mencintai seseorang, bukan karena orang
itu berhenti mencintai kita melainkan karena kita
menyadari bahwa orang iu akan lebih berbahagia
apabila kita melepaskannya.

kadangkala, orang yang paling mencintaimu adalah
orang yang tak pernah menyatakan cinta
kepadamu, karena takut kau berpaling dan
memberi jarak, dan bila suatu saat pergi, kau akan
menyadari bahwa dia adalah cinta yang tak kau
sadari.


ditengah-tengah kesibukan sebagai seorang abdi negara yang tidak terlalu sibuk saya tidak sengaja bermain disebuah jejaringan sosial yang isinya berupa puisi-puisi. ada satu puisi yang saya suka, maka saya masukkan ke dalam Blog saya...mohon maaf kepada sang pencipta kalau saya tanpa izin memasukkan karyanya ke dalam blog saya.