Monday, November 8, 2010

late night conversation

ctee luv: udah blm dl lagunya?
ctee luv: ooh good
ctee luv: liriknya kewl
ctee luv: mau bgt dnk km nyanyiin buat aku
ctee luv: hehehe
mametz damnedlove: duh\
mametz damnedlove: jd apaan neh lgu aku yg nyanyi??
ctee luv: walaupun suara km pas2an gak pa2 kokkkk
ctee luv: mauuu lagu ituuu
mametz damnedlove: hahahhaahah
mametz damnedlove: insya allah ya sayang
ctee luv: iyaaaaaaa
ctee luv: aku akan nguin
ctee luv: hihi
ctee luv: aku sayang bgt m km
mametz damnedlove: oooooooooohhhhhhhhhhhhhhhhh
mametz damnedlove: pgn peluk jdnya
ctee luv: sayaaang
ctee luv: nyaman bgt hati aku
ctee luv: aku sayang kamuuuu
ctee luv: seneng aku sama km

Thursday, November 4, 2010

Langit dan Laut

Dahulu kala, langit dan laut saling jatuh cinta. Mereka sama-sama saling menyukai satu sama lain. Saking sukanya laut terhadap langit, warna laut = langit, saking sukanya langit terhadap laut, warna langit = laut. Setiap senja datang, si laut dengan lembut sekali membisikkan "aku cinta padamu" ke telinga langit. Setiap langit mendengar bisikan penuh cinta laut pun, langit tidak menjawab apa-apa hanya tersipu-sipu malu wajahnya semburat kemerahan.

Suatu hari, datang awan... begitu melihat kecantikan si langit, awan seketika itu juga jatuh hati terhadap langit. Tentu saja langit hanya mencintai laut, setiap hari hanya melihat laut saja. Awan sedih tapi tak putus asa, mencari cara dan akhirnya menemukan akal bulus.

Awan mengembangkan dirinya sebesar mungkin dan menyusup ke tengah-tengah langit dan laut, menghalangi pandangan langit dan laut terhadap satu sama lain. Laut merasa marah karena tidak bisa melihat langit, sehingga dengan gelombangnya, laut berusaha menyibak awan yang mengganggu pandangannya.

Tapi tentu saja tidak berhasil. Lalu datanglah angin, yang sejak dulu mengetahui hubungan laut dan langit merasa harus membantu mereka menyingkirkan awan yang mengganggu. Dengan tiupan keras dan kuat, angin meniup awan ... Awan terbagi-bagi menjadi banyak bagian, sehingga tidak bisa lagi melihat langit dengan jelas, tidak bisa lagi berusaha mengungkapkan perasaan terhadap langit. Sehingga ketika merasa tersiksa dengan perasaan cinta terhadap langit, awan menangis sedih.

Hingga sekarang, kasih antara langit dan laut tidak terpisahkan. Kamu juga bisa melihat di mana mereka menjalin kasih. Setiap ke laut, di mana ada satu garis antara laut dan langit,di situlah mereka sedang pacaran.

Seorang Masan Nurpian salah satu teman CPNS saya yang hobi menyanyi lagu dangdut ini ternyata bisa juga puitis. Maklum sedang jatuh cinta dirninya....

Monday, November 1, 2010

Fakultas Hukum Sebagai Garda Depan Anti Korupsi

Upaya pemberantasan korupsi banyak dilakukan dengan berbagai cara , selain penindakan ada juga upaya dengan tindakan preventif seperti membentuk mental anti korupsi sejak usia dini. Anak harus diajarkan untuk bersikap jujur dalam segala hal dan yang terpenting adalah penanaman nilai agama tidak boleh luput. Demikian sekilas pernyataan Dr. Deny Indrayana staf khusus Presiden dalam Seminar Membangun Kesadaran Hukum Sejak Usia Dini yang diselenggarakan oleh Badan Pembinaan Hukum Nasional di Jakarta (14/10).
Pembentukan mental anti korupsi bisa dimulai juga dari bangku kuliah, khususnya mahasisawa Hukum. Fakultas hukum harus menjadi garda terdepan dalam upaya membentuk mental anti korupsi mengingat dari sinilah kelak akan lahir praktisi-praktisi hukum yang hebat.
Deny mengatakan, pembentukan idealisme di bangku kuliah sangat penting, masa kuliah adalah masa fresh. “Perlu dibentuk rasa kritis, empati dan simpati terhadap lingkungan social,” tuturnya. Nilai tersebut, lanjutnya, harus di tanamkan mahasiswa agar terbentuk mental anti korupsi.  
“Korupsi dan mafia hukum saling terkait satu dengan lainnyua, seperti lingkaran setan yang tidak ada ujungnya, karenanya dengan bekal ilmu hukum dan mental anti korupsi yang telah terbentuk diharapkan lahir praktisi hukum yang bersih dan jujur, tutupnya. RA***


saya pikir setelah saya resign dari Far Magazine sebuah majalah seni sosial saya tidak mempunyai kesempatan untuk mengembangkan ilmu saya di bidang jurnalistik. tapi ternyata salah. saya yang saat ini berstatus sebagai CPNS di sebuah kementerian ternyata di tempatkan di divisi yang berkaitan dengan dunia jurnalistik. saya mempunya salah satu tupoksi (tugas, pokok, fungsi) meliput kegiatan kantor ataupun mewawancarai para pakar hukum. sedikit bertolak belakang dengan minat jurnalistik saya tapi sesuai dengan latar belakang pendidikan saya dan cukup menantang rupanya.ya, perlahan saya coba untuk menulis, menulis dan menulis walaupun banyak revisi dari editor saya yang merupakan senior saya di kantor tapi ini semua menyenangkan dan menantang. senang rasanya dimana menemukan hal baru dan kembali belajar. senang rasanya mengetahui kesalahan dalam penulisan dan mendapatkan revisi atas tata bahasa yang saya gunakan.

semuanya terasa sangat menyenangkan dan menantang.ini salah satu tulisan saya yang saya publikasikan di website kantor saya www.bphntv.net. kutipan dari seorang deny indrayana seorang staf ahli presiden di bidang hukum. dia muda dan smart. 

Future


Seperti yang kita ketahui manusia itu merupakan makhluk ciptaan tuhan yang paling sempurna. Oleh karena itu sudah menjadi kewajiban bagi kita sebagai makhluk ciptaannya untuk menjaga bentuk kesempurnaan tersebut. Sebagai seorang wanita muslim diwajibkan untuk menutup auratnya. Jika kita renungkan bahwa sesungguhnya seorang wanita muslimah akan menemukan bahwa di dalam hukum islam ada perhatian yang sangat tinggi terhadap dirinya agar dapat menjaga kesuciannya, agar dapat menjadi wanita mulia dan memiliki kedudukan yang tinggi. Dan syarat-syarat yang diwajibkan pada pakaian dan perhiasannya tidak lain adalah untuk mencegah kerusakan yang timbul akibat tabarruj (berhias diri) dan menjaga dirinya dari gangguan orang-orang. Syariat Ini pun bukan untuk mengekang kebebasannya akan tetapi sebagai pelindung baginya agar tidak tergelincir pada lumpur kehinaan atau menjadi sasaran sorotan mata dan pusat perhatian.
Dalam bahasa arab dikenal dengan sebutan Hijab yang artinya penghalang, namun di beberapa negara berbahasa Arab serta negara-negara Barat, kata "hijab" lebih sering merujuk kepada kerudung yang digunakan oleh wanita muslim. Dalam Fiqh Islam, hijab dalam pengertian yang khusus adalah satu istilah yang bermaksud sesuatu yang menutup aurat wanita dari pandangan lelaki. Pengertian khusus ini sudah semakin difahami oleh masyarakat Islam hari ini karena peningkatan kefahaman terhadap Islam. Ini boleh dilihat dengan bertambah jumlah wanita Islam yang memakai hijab di luar rumah mereka. Walau bagaimana pun, banyak yang tidak sadar bahawa hijab juga mempunyai pengertian yang lebih luas dari hanya mengenakan pakaian yang menutup aurat bagi kaum wanita. Namun dalam keilmuan Islam, hijab lebih tepat merujuk kepada tata cara berpakaian yang pantas sesuai dengan tuntunan agama. Hijab memiliki tujuan menurut Islam yang terdiri dari beberapa hal, yang pertama itu Hijab merupakan tanda ketaatan seorang muslimah kepada Allah dan Rasul-Nya. Yang kedua itu ialah hijab untuk menjaga diri, karena mereka yang menutupi tubuh mereka itu untuk menghindar dan menahan diri dari perbuatan dosa dan ketika seorang muslimah memakai hijabnya dengan benar maka orang-orang fasik tidak akan mengganggu mereka. Yang ketiga, hijab itu kesucian, Allah SWT menyifati hijab sebagai kesucian bagi hati orang-orang mukmin, laki-laki maupun perempuan. Karena mata bila tidak melihat maka hati pun tidak akan bernafsu. Pada keadaan ini maka hati yang tidak melihat maka akan lebih suci. Yang keempat, hijab sebagai pelindung, yaitu pelindung yang dapat menghancurkan keinginan orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya. Yang kelima Hijab itu adalah ketakwaan. Yang keenam Hijab menunjukkan keimanan. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman tentang hijab bagi wanita-wanita yang beriman, sebagaimana firmannya, “Dan katakanlah kepada wanita-wanita beriman.” (QS. An-Nuur: 31), juga firman-Nya: “Dan istri-istri orang beriman.” (QS. Al-Ahzab: 59). Dalam ayat-ayat tersebut  Allah menghimbau kepada wanita beriman untuk memakai hijab yang menutupi tubuhnya. Ketika seorang wanita yang benar imannya mendengar ayat ini maka tentu ia akan melaksanakan perintah Tuhannya dengan senang hati. Maka bagaimanakah iman seorang wanita yang mengetahui ada perintah dari Rabbnya kemudian ia tidak melaksanakannya, bahkan ia melanggarnya dengan terang-terangan di hadapan umum. Yang Ketujuh, Hijab adalah rasa malu. Wanita yang mengumbar auratnya tidak disangsikan lagi bahwa tidak ada rasa malu darinya, ia mengumbar auratnya di mana-mana tanpa ada perasaan risih darinya, ia menampilkan perhiasan yang tidak selayaknya dibuka, ia memamerkan barang berharganya yang pantasnya hanya layak untuk ia berikan kepada suaminya, ia membuka sesuatu yang Allah perintahkan untuk menutupnya.
Seringkali ada anggapan bahwa wanita menggunakan hijab itu kuper, ketinggalan jaman dan tidak memiliki cita rasa dalam hal berbusana. Maka dari itu banyak kaum wanita yang justru berlomba-lomba untuk berbusana yang memperlihatkan aurat. Mereka lebih bangga untuk memperlihatkan kemolekan tubuh mereka di hadapan banyak orang. Tidak ada lagi rasa malu dan sungkan bagi mereka dalam berbusana. Padahal rasa malu tak terlepas dari iman dan sebaliknya. Terkhusus bagi seorang muslimah, rasa malu adalah mahkota kemuliaan bagi dirinya. Rasa malu yang ada pada dirinya adalah hal yang membuat dirinya terhormat dan dimuliakan. Namun sayang, di zaman ini rasa malu pada wanita telah pudar, sehingga hakikat penciptaan wanita yang seharusnya menjadi perhiasan dunia dengan keshalihahannya, menjadi tak lagi bermakna. Di zaman ini wanita hanya dijadikan objek kesenangan nafsu. Hal seperti ini karena perilaku wanita itu sendiri yang seringkali berbangga diri dengan mengatasnamakan emansipasi, mereka meninggalkan rasa malu untuk bersaing dengan kaum pria. Mereka tidak menyadari bahwa sebenarnya keindahan tersebut seharusnya dijaga dan tidak di umbar. Hal ini disebabkan karena budaya barat yang diadopsi oleh wanita di Indonesia terlalu di telan bulat-bulat. Indonesia sebagai salah satu negara dengan jumlah umat muslim terbesar di dunia seharusnya tidak terbawa arus dengan budaya barat yang berkembang di Indonesia. Hal ini juga dipengaruhi dengan tidak adanya patokan atau acuan dalam berbusana muslim, dalam hal ini penggunaan hijab di kalangan wanita muslim. Selama ini fashion dari busana muslim yang terpublish di media merupakan busana muslim yang bentuknya standar. Maka dari itu banyak para wanita muslim yang hendak menggunakan hijab jadi berpikir untuk dua kali, karena umumnya mereka tidak mau di bilang ketinggalan jaman dalam berpakaian. Jika kita berkelana di dunia maya sebenarnya banyak blog-blog fashion yang menonjolkan pemakaian hijab, dan mereka umumnya mengembangkan pemakaian hijab dengan busana yang update saat ini. oleh karena itu saya tertarik untuk mengangkat tema hijab dalam penulisan skripsi saya untuk memperlihatkan keindahan pemakaian hijab dalam berbusana sehari-hari tanpa harus ketinggalan jaman. Dengan adanya penulisan skripsi ini diharapkan bisa menjadi alternatif bagi para remaja dalam mempadu padankan hijabnya dengan busana yang saat ini sedang trendy dan mengisi kekosongan dalam buku panduan pemakaian hijab.

Di suatu malam "dia" meminta saya untuk membantu dirinya untuk membuatkan latar belakang untuk tugas akhirnya. Tugas Akhirnya itu berupa buku fashion dalam hal berhijab. Terlepas dalam islam itu fashion penting atau tidak, tapi dengan adanya buku ini mengisi kekosongan buku panduan dalam berbusana muslim yang bisa dibilang lebih "kewl". karena pengetahuan saya akan hijab tidak terlalu baik maka saya memutuskan untuk mencari informasi mengenai jihab dari google. ya walaupun tidak terlalu paham tapi saya cukup tertarik dan tertantang untuk menulis. maka akhirnya tulisan ini saya kerjakan semalaman dan keesokan harinya tulisan ini dengan sedikit revisi di setujui oleh sang dosen.

so, this is for u my little girl...

Friday, October 29, 2010

HARD TO BE KILLED


Dalam hidup kita harus membuat pilihan. Dalam hal apapun. Walaupun terkadang pilihan itu menyinggung hati orang lain. Hal ini berlaku apabila kita tergabung dalam satu komunitas atau kelompok. Misalkan kita tergabung dalam satu kelompok yang terdiri beberapa orang didalamnya. Masing-masing mempunyai peranan yang cukup besar, karena masing-masing mempunyai kemampuan dan keahlian yang berbeda. Satu sama lain saling melengkapi. Jika salah satu dari anggota kelompok tersebut memilih untuk meninggalkan kelompok tersebut, tentu saja akan menimbulkan pertanyaan. Ada apakah gerangan yang mengakibatkan ia pergi begitu saja?keputusan yang sudah dibuat tentu saja akan di hargai oleh anggota kelompok lain. Tapi dengan catatan kepergiannya dengan alasan yang jelas dan komunikasi yang baik. Karena segala sesuatunya diawali dengan komunikasi yang baik maka jika harus meninggalkan ada baiknya di bicarakan dengan baik-baik. Senang maupun pahit telah dirasakan bersama, seharusnya akan menjadi kenangan yang indah di hari tua nanti. Tapi kejadian ini tidak menyurutkan langkah saya untuk terus berjalan, dan akan tetap berjalan. Tulisan ini tidak dimaksudkan untuk menyinggung, ini hanyalah jeritan suara hati akan kekecewaan atas apa yang terjadi....

Tuesday, October 12, 2010

Ciwidei Bisu

Tidak sengaja tiba-tiba saya bertanggung jawab untuk mengabadikan moment-moment ketika rombongan kantor bertolak ke Ciwidei, Bandung untuk syuting film pendek dan penyuluhan hukum. Ada beberapa pemandangan yang menurut kacamata saya indah, belum tentu indah bagi anda. saya sedikit berbagi keindahan panorama alam ciwidei dengan bermodalkan kamera kantor dan sedikit editan oleh sosok yang biasa saya sebut "dia"....










Ternyata desa ini tidak sesunyi yang saya bayangkan....masih ada tawa anak-anak yang memberikan tanda kehidupan...


 


Sunday, September 12, 2010

this is my heaven, and i fight for it...

Tulis saja pasti akan ada gunannya....

ya, saya mengutip dari seorang teman yang tentu saja ia kutip dari orang lain...sebenarnya saat ini sedang tidak ada sesuatu yang ingin saya tulis, tapi ada rasa ingin berbagi..tapi saya sendiri tidak tahu apa yang ingin saya bagi saat ini...ada perasaan gundah, resah,takut, dan...
takut, itu memang kata yang cukup bersahabat dengan diri saya. saya masih ingat betul seperti apa rasa takut yang tiba-tiba menghajar saya ketika saya pertama kali masuk kampus. Dengan image kampus yang katanya senioritas. Saya takut!!!tapi ketika saya jalani beberapa tahun, akhirnya saya pun menguasai kampus tersebut. dan ketakutan tetaplah sekedar ketakutan. saya masih ingat betul pertama kali manggung dengan band saya yang namanya saat itu belum hard to kill, namun beberapa dari personel di band itu personel hard to kill. saya ingat band sebelum saya tampil memainkan Nirvana, wawwww....keren sekali perform mereka saat itu. Dan lagi-lagi rasa takut menghajar batin saya. F*CK....sampai akhirnya band saya di panggil, saya setting alat dengan kemampuan ala kadarnya,  yang ada di kepala saya ialah, apapun itu lakukan dengan sangat fun, dan akhirnya intro lagu dari Soulfly dengan judul Tribe saya mainkan, yeah....adrenalin seperti mengalir dalam darah saya, ketakutan tetaplah sebuah ketakutan. beberapa hardcore kids dan metalheads berdansa dengan liarnya di depan saya...FUCK YEEEAAAHHHHH......Dan saat ini ketakutan kembali menyapa saya...agak sulit untuk menterjemahkan rasa takut kali ini. ketakutan yang begitu begitu besar namun saya yakin ini hanyalah rasa takut yang kerap menyapa saya untuk memberikan kekuatan. Saya percaya rasa takut itu hadir justru bukan untuk melemahkan seseorang namun justru memberikan kekuatan. Saya percaya betul jika satu rasa yang sifatnya negatif di tanggapi dengan pola pikir positif tentu akan memberikan dampak positif bagi seseorang. Saya meyakini bahwa ini merupakan ketakutan terbesar dalam hidup saya untuk saat ini dan saya yakin justru rasa takut ini akan memberikan kekuatan yang begitu besar dan hebatnya bagi diri saya.

Thursday, September 2, 2010

Perjalanan di Tanah Suci...

Tidak pernah sebelumnya terpikirkan oleh saya bahwa suatu hari nanti saya akan menginjakkan kaki saya di tanah suci, Mekah. saya seorang pendosa yang sangat kotor dan tidak suci. ketika tawaran sampai ditelinga saya, saya bingung mengiyakan atau tidak. karena itu tadi, pengakuan dosa bahwa saya seseorang yg kotor dan penuh dosa, yang mengakibatkan ketakutan pada diri saya. banyak cerita-cerita yang sampai ke telinga saya bahwa, apa yang kita lakukan sehari-hari disana nanti akan mendapatkan sentilan. hari demi hari saya semakin takut ketika akhirnya saya mengiyakan tawaran tersebut. apa yang membuat saya mengiyakan iyalah, saya teringat dengan percakapan papa da mama beberapa bulan sebelum papa pergi. begini, "pah, kita umroh yuk bulan maret nanti, atau gak tunggu mama pensiun aj yah? kira-kira mama kuat gak yah pah?" dan papa menjawab, "pasti kuat mah". tidak lama papa pergi meninggalkan kami sekeluarga dan meninggal janji kepada mama untuk umroh. maka egois sekali rasanya jika saya hanya memikirikan kira-kira sentilan apa yang akan saya hadapi disana sedangkan mama sangat menginginkan perjalanan ini, maka ketika saya mendapat tawaran untuk mendampingi mama, saya mengiyakan. dengan alasan bahwa saya mendampingi mama dan menebus janji papa yang tidak sempat di jalankan. tulisan ini bukan lah sebuah tulisan yang nantinya akan menceritakan detail perjalanan saya, dan saya juga tidak menceritakan pengalaman spiritual saya disana seperti apa, dan saya juga tidak bilang bahwa saya telah tobat dengan sepenuhnya, namun dua hal yang saya pelajari disana ialah ilmu sabar dan ikhlas. kali ini saya hanya sekedar berbagi hasil dokumentasi saya selama disana yang telah di edit oleh seseorang yang biasa saya panggil "ade" ade yang saya maksud itu ialah sosok yang ada di tulisan "dia" itu "kamu".


Entah ini berada di ketinggian berapa dan sudah berada dimana tapi saya senang sekali melihat langit sore itu.


Suasana malam hari di halaman Masjid Nabawi di malam hari, begitu banyak anak kecil berlarian, dan para orang tua mereka tidak sungkan untuk sekedar duduk-duduk menikmati udara dan keindahan masjid dimalam hari.


Suasana Masjid Nabawi di pagi menjelang siang hari. cuaca memang tidak panas namun memang matahari silau sekali, sehingga payung di halaman Masjid Nabawi di buka.


Seperti ini payung yang saya maksud, sehingga para jemaah yang ingin melakukan shalat namun di dalam sudah tidak muat ataupun telat menuju kedalam tetap bisa melaksanakan ibadah tanpa harus merasa kepanasan.

Salah satu hal yang paling saya suka di sekitar masjid ini ialah para pedagang beserta dagangannya, masing-masing dari mereka saling berlomba untuk menarik hati para jemaah untuk membeli dagangan mereka.


Segala kemungkinan bisa saja terjadi di Tanah Suci ini, saya lupa ini masjid apa namanya, tapi ada satu kejadian yang cukup mengetuk hati saya. namun dengan kejadian ini konon katanya, kita akan kembali ke tanah suci ini. ya saya berharap saya  bisa kembali ke Tanah Suci beserta dengan seorang wanita yang akan menjadi pendamping saya hingga tua nanti.


ini mama saya...nuff said...!!!


ini saya, yang memakai hodie berwarna biru tentunya...seingat saya ini sekitar pukul 11 waktu madinah yah, kalau di Jakarta jam 11 siang memakai hodie merupakan satu tindakan tolol kecuali kita sedang berkendara motor atau di dalam ruangan ber-ac. tapi disini saya sama sekali tidak merasakan kepanasan. justru hawa sejuk yang saya rasakan. maka hodie ialah solusi dari hawa dingin tersebut.


ini dia, susu unta.mungkin dari salah satu unta yang saya pegang-pegang tadi. awalnya saya agak ragu untuk mencoba susu unta tersebut. saya berada di tengah padang pasir, tidak ada tempat singgah yang sekiranya bisa saya singgahi jika efek dari susu unta tersebut tidak cocok dengan perut saya. tapi setelah saya pikir-pikir, kapan lagi saya mencoba susu unta segar yang baru saja di perah. Dan akhirnya rasa penasaran terpuaskan dan ketakutan hanyalah sebuah ketakutan.


Ini dia, agak kesulitan saya mencari foto yang satu ini, ternyata berada di hp saya. Ditempat ini lah, Nabi Adam dan Siti Hawa di pertemukan kembali setelah dipisahkan beberapa lama. Saya lupa persisnya seperti apa sejarahnya, namun kebanyakan umat muslim percaya bahwa apabila kita berdoa untuk dipertemukan dengan jodoh kita, insya Allah akan terkabul. Saya pun tidak ketinggalan berdoa untuk dipertemukan dengan jodoh saya, walaupun saya tidak ikut mendaki ke atas bukit dikarenakan rombongan kami tidak berlama-lama di tempat ini.

kota kedua yang saya kunjungi ialah Mekkah, rasa tak percaya masih menyelimuti pikiran dan hati saya. Terlebih ketika saya akhirnya melihat Kabbah dengan mata kepala saya sendiri. Beberapa hasil dokumentasi saya selama di Mekkah, tapi saya agak kesulitan untuk mendokumentasikan Kabbah karena ketakutan membawa digicam kedalam masjid nabawi dan hasil foto melalui ponsel saya pun kualitasnya tidak terlalu baik, padahal berkali-kali saya coba ambil dalam berbagai angle tapi memang Allah SWT tidak meridhoi saya untuk mendokumentasikannya dengan baik.

Seperti inilah keadaan Masjidil Harram di malam hari, saya ambil gambar ini di halamannya.


begitu ramainya umat muslim yang melaksanakan shalat di malam hari, keadaan masjid dikatakan sangat ramai mulai dari shalat maghrib hingga isya, sehingga jika kita melakukan tawaf di jam-jam tersebut maka sulit bagi orang-orang tua. terutama bagi yang menggunakan kursi roda, sudah bisa dipastikan tidak bisa melakukan tawaf di bawah, karena para laskar tidak mengizinkan mengingat ramainya. Alhasil, selama 2 malam saya bersama ibu saya melakukan tawaf di atas. perbandingan waktunya sangat terasa sekali. sepupu saya dan saya memulai tawaf pada jam yang sama sekitar pukul 17.30 dan mereka selesai prosesi umroh sekitar pukul 19.00. Sedangkan saya selesai pada pukul 20.00 mendekati 21.00.

bagaimana keadaan di siang hari???seperti ini keadaan di siang hari.
Dan foto ini saya ambil menjelang para jemaah melakukan shalat Dzuhur, ketika adzan berkumandang seketika orang-orang bergegas menuju masjid dan para pedagang langsung menutup toko maupun barang dagangannya.

Niatnya sekedar mengabadikan moment ketika jemaah baru saja menunaikan shalat Dhuzur, tapi ternyata ada seekor burung yang ikut dalam foto ini. saya suka sekali foto ini.
Mungkin dari sekian kali saya mencoba mengabadikan Kabbah ini yang terbaik. Foto ini saya ambil sekitar pukul 9 keatas sehingga jemaah yang melakukan tawaf sudah tidak terlalu ramai.
Saya ingat betul, hari itu merupakan hari terakhir saya diberi kesempatan melaksanakan ibadah Umroh, jadi saya setelah shalat subuh ingin rasanya saya melakukan tawaf sendirian, namun mama ingin turut serta. terkadang ada rasa saya ingin menikmati ibadah ini sendirian. tapi apa daya, saya seperti marah sesaat, dalam hati saya di tempat sesuci ini pun masih ada setan yang merasuki pikiran saya. terlalu egois rasanya apabila saya meninggalkan mama saya sendirian dan saya tawaf sendirian. saya jauhkan rasa egois saya dan saya menuruti apa kata mama, ternyata kenikmatannya luar biasa. I kiss the Hajjar Aswad....setelah saya mengadu di depan Kabbah dan memohon ampun atas segala dosa yang pernah saya perbuat, dan saya meminta maaf kepada mama saya atas segala kesalahan saya selama ini.
 
Seperti yang saya tulis diatas, perjalanan ini merupakan salah satu titik tolak dalam kehidupan saya yang sekiranya telah membangunkan saya dari tidur saya yang panjang, titik tolak pertama ialah kepergian seorang ayah. Dari perjalanan ini saya mempelajari dua hal yang sangat sulit rasanya untuk di terapkan dalam kehidupan sehari-hari walaupun kedua hal ini sebenarnya hal yang sederhana. Yaitu, Sabar dan Ikhlas. Untuk Mama seorang, terima kasih atas hadiah yang engkau berikan kepada saya, perjalanan ini sekiranya akan menjadi bekal untuk pegangan hidup rachmat kedepannya. mengingat umur mama yang tidak lagi muda, fisik mama yang tidak lagi terlalu sehat, lambat laun mama akan pergi ninggalin rachmat untuk selamanya. Apa yang rahmat lakukan selama perjalanan umroh kita merupakan salah satu pengabdian rachmat kepada mama, di satu malam disaat kita sedang tawaf, dan saat itu saya sudah merasakan lelah yang begitu hebatnya, mama bertanya, "capek mat?" dan saya bilang "iya mah, sedikit" kemudian mama kembali berkata, "ini baru sekali kamu sikut mama ketika kamu masih dalam perut mama". bukan rasa kesal yang saya rasakan setelah perkataan itu namun rasa penyesalan atas apa yang selama ini telah saya lakukan kepada mama, seperti berbohong, berkata kasar maupun perbuatan dosa lainnya. maafin rachmat ya mah atas segala kesalahan yang udh pernah rahmat lakuin ke mama. you are my priority mom....
love u mommy...
Jusrida Tara the greatest mom....
 


Tuesday, August 31, 2010

eric clapton-tears in heaven



Would you know my name
If I saw you in heaven
Will it be the same
If I saw you in heaven
I must be strong, and carry on
Cause I know I don’t belong
Here in heaven
Would you hold my hand
If I saw you in heaven
Would you help me stand
If I saw you in heaven
I’ll find my way, through night and day
Cause I know I just can’t stay
Here in heaven
Time can bring you down
Time can bend your knee
Time can break your heart
Have you begging please
Begging please
(instrumental)
Beyond the door
There’s peace I’m sure
And I know there’ll be no more…
Tears in heaven
Would you know my name
If I saw you in heaven
Will it be the same
If I saw you in heaven
I must be strong, and carry on
Cause I know I don’t belong
Here in heaven
Cause I know I don’t belong
Here in heaven


pap,jika memang surga itu benar-benar ada dan kita dipertemukan lagi disana, apakah kita masih saling mengenal?begitu banyak hal yang ingin saya ceritakan...segala sesuatu tentang hidup saya setelah kepergian papa....

Monday, August 30, 2010

Mengejar Putu

“Pejuang Keadilan Melalui Sastra”

“Baiklah, kita bertemu di Teater Luwes di Institut Kesenian Jakarta pukul 4 sore ini”, kemudian telefon dimatikan dan saat ini saya sudah berada di tempat yang diberitahukan di telefon tadi. Ketika saya tiba ternyata sedang ada pagelaran festival teater yang di ikuti oleh beberapa kelompok. Pukul 18.00 tepat saya pun akhirnya bertemu dengan pria yang berbicara dengan saya di telefon tadi. Seorang pria yang identik dengan topi pet putihnya yang selalu menempel dikepalanya. Pria tersebut memiliki nama lengkap I Gusti Ngurah Putu Wijaya, namun publik lebih mengenalnya dengan panggilan Putu Wijaya. Sejak ,duduk di SMP ia mengaku sudah mulai menulis cerita pendek dan ketika di SMA Singaraja mulai terjun ke dalam kegiatan sandiwara. Menulis baginya seperti menggorok leher tanpa menyakiti, bahkan kalau bisa tanpa diketahui. Hingga saat ini sudah tidak terhitung lagi karyanya dan begitu juga penghargaan yang pernah ia terima dari kegiatan berkeseniannya. Ketika ia kecil dulu disaat dirinya sedang menggemari kegiatan kesenian orang tuanya sempat cemas, maka ia pernah berkata, tegurlah saya kalau dengan saya berkesenian justru mengganggu nilai-nilai pelajaran saya disekolah”, dan ia membuktikan dengan prestasinya di sekolah. Namun ketika harus memilih program studi yang akan diambil di perguruan tinggi dia memilih untuk mengambil program pendidikan yang tidak berkaitan dengan kegitannya sejak SMP, justru ia mengambil kuliah di Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada Yogyakarta. “Orangtua saya berharap saya menjadi dokter, tapi dalam hal ilmu pasti saya tidak terlalu kuat”, ujarnya. Karena jaman dulu profesi yang umumnya diinginkan oleh sebagian besar orang tua agar anaknya memiliki masa depan yang cerah ialah menjadi insinyur, dokter atau misterenderchten yang saat ini dikenal dengan istilah sarjana hukum. Demi menyenangkan hati orang tuanya, beliau mendaftar di fakultas hukum, meskipun hati dan minatnya di bidang sastra akan tetapi ia juga tertarik dengan sejarah, problematika hukum dan fokus terhadap pelajaran itu semasa sekolah. Sikapnya seperti itu karena ia menghormati orang tua dan ingin menyenangkan orang tuanya sebagai perwujudan bakti anak terhadap orangtua. Namun ketika beberapa tahun kuliah, ternyata gelar misterenderechten di hapus dan diganti menjadi sarjana hukum, dengan kekecewaan yang cukup mendalam ia tetap menyelesaikan studinya hingga lulus. Tetapi ia menyadari bahwa tidak mungkin rasanya menyenangkan hati orang lain terus menerus, karena tentunya ia juga ingin menyenangkan dirinya sendiri. Setelah lulus kuliah ia berbicara dengan kedua orangtuanya, ”biarkan saya memilih jalan hidup saya sendiri dan melanjutkan apa yang saya mau, saya ingin fokus di bidang kesenian”. Kemudian ia memutuskan untuk ke Jakarta dan pada saat itu ia bekerja menjadi seorang wartawan dan aktif di pementasan drama. Sempat ada perasaan bersalah dalam dirinya kenapa ia tidak bekerja sesuai dengan latar belakang pendidikan. Kemudian ia mengutarakan hal ini kepada seorang teman dan memberikan pendapat yang membuat dirinya lega, ”mensosialisasikan pendidikan itu tidak harus pada bidangnya, apa yang kamu lakukan saat ini sebenarnya bisa dijadikan kelanjutan apa yang telah kamu pelajari, menegakkan keadilan tidak harus selalu dimeja hijau, akan tetapi melalui media lain juga bisa seperti sastra”. Maka dari itu pada prakteknya dalam tulisannnya ia mengaku juga banyak yang menceritakan tentang penegakkan keadilan dan mengenai kebenaran, hanya medianya yang berbeda.

Sebagai seorang sarjana hukum ia memiliki pandangan mengenai hukum yang berlaku di negara kita ini, menurut dirinya sejak dulu ia tidak percaya bahwa hukum dinegara kita bisa menyelesaikan permasalahan hukum dengan baik. Karena menurutnya selalu ada campur tangan dari dalam maupun dari luar sehingga hukum tidak bisa di tegakkan secara sempurna. Dilihat dari budaya masyarakat kita bahwa masyarakat feodal, masyarakat timur yang suka harmoni, tidak suka berperkara, dan kebiasaan dari masyarakat kita itu suka membela teman maupun saudara yang menyebabkan peristiwa hukum menjadi sesuatu yang menegangkan, menambah permusuhan sehingga peristiwa hukum itu lebih sering dihindari. Dan juga dasar hukum negara kita ini masih warisan dari Belanda, maka dari itu ia masih kurang percaya dengan hukum positif yang berlaku di negara kita saat ini. Hal itu juga yang menjadikan alasan dirinya untuk tidak terjun ke bidang hukum lebih jauh. Hukum tidak kuat karena pelaksanaannya berjalan sangat lemah, sehingga hukum tidak mempunyai kekuatan hukum. Karena bisa di interupsi dengan hal-hal lain seperti kekuasaan, politik, ekonomi, kekeluargaan sehingga hukum tidak bisa ditegakkan. Misalkan setiap orang yang berada diluar perkara selalu berkata untuk tegakkan hukum dan keadilan, sedangkan ketika sedang berperkara dia melakukan jalur pintas, menghalalkan segala cara sehingga hukum tidak jalan. Sering orang menegakkan hukum dengan cara yang tidak sesuai dengan jalur hukum. Jika temannya yang berperkara dibela habis-habisan, sedangkan jika orang lain dia mana peduli. Sebenernya hukum secara materi yang ada saat ini tidak salah, cuma oknum dan aparatnya yang menurut saya salah. Manusianya sendiri yang tidak ada keinginan untuk menegakkan hukum, hukum demi kepentingannya baru dia tegakkan sedangkan jika untuk orang lain mana peduli, bukan hanya dibidang hukum saja, tapi segala hal, demokrasi pun seperti itu. ketika kita bersinggungan dengan orang lain kita menjunjung tinggi hak kita, sedangkan kita tidak memperdulikan hak orang lain. Seperti ada pendapat yang mengatakan hukum itu ibaratnya pedang bermata dua, yang secara harfiah bisa diartikan bahwa hukum itu bisa membela seseorang yang memang seharusnya dibela, namun hukum juga bisa menjatuhkan seseorang yang seharusnya dibela. Dalam hal ini menurut saya tergantung seseorang dibalik pedang itu, misalkan contoh paling sederhana ialah pisau dapur, jika dipergunakan sebaik mungkin dan digunakan oleh seorang ibu untuk memasak maka tidak mungkin pisau itu akan menyakiti orang lain, lain hal apabila pisau itu digunakan oleh seorang penjahat justru pisau itu akan mematikan dan membahayakan orang lain. Pada dasarnya moralitas kita yang memang belum terbentuk secara baik, moralitas kita masih sakit. Moralitas kita tidak terurus dengan baik. Karena pendidikan moral kita dibiarkan tidak terurus dengan baik. Banyak yang bilang moralitas kita dapat dibentuk dan diluruskan dengan agama. Agama memang bisa, tapi sering juga para pemuka agama yang memiliki intepretasi dan kepentingan sehingga ajaran agamanya pun jadi menyeleweng dan itu dilakukan hanya demi kepentingannya pribadi. Hal tersebut yang menyebabkan moralitas kita tidak sehat. Menurut beliau perundangan yang berlaku saat ini juga terlalu banyak dan terlalu rumit sehingga masyarakat awam pun dibuat bingung karena terlalu banyaknya peraturan. Menurutnya apabila moralitas kita sehat bagaimana pun sederhananya peraturan kita pasti akan jalan, seperti UUD 1945, banyak yang bilang UUD 1945 kita terlalu sederhana, menurut dirinya bukan itu permasalahannya, sederhana itu bagus karena dengan sesederhana itu bisa melahirkan peraturan-peraturan lainnya. Kita manusia memang sakit, termasuk saya begitu juga anda. Kita sebagai anak bangsa ini memang sedang sakit, ketidakseimbangan dimana-mana. Di negeri ini semua orang melanggar hukum. Kita harus mengadakan suatu pencucian besar-besaran dari bawah ke atas. Selama ini kita hanya melihat keatas dan menyatakan bahwa diatas kotor, tapi kita lupa untuk melihat ke bawah, sebenarnya di bawah juga kotor. Maka itu saya bilang kita sakit sama-sama, tidak ada yang bisa menolong kalau kita semua sakit. Siapa yang bisa menyembuhkan kita? Setelah masa reformasi dulu yang ditawarkan untuk memperbaiki bangsa kita hanya dua hal yaitu stabilitas politik dan stabilitas ekonomi. Tidak pernah disebutkan stabilitas hukum dan kebudayaan. Dan dua hal tersebut menjadi primadona saat ini sehingga semua orang ingin jadi pengusaha dan politikus, keduanya bersatu dan mereka yang menguasai negara kita, tanpa ada uang tidak bisa menang dan kemenangan menghasilkan uang. Perihal kebudayaan dan hukum itu bisa disatupadukan. Kita harus menanamkan di dalam diri kita untuk menghargai hak dan kewajiban seseorang. Hukum itu sederhana, jika kita sudah bisa menghargai hak dan kewajiban seseorang dan tahu batasannya maka hukum di negara kita bisa ditegakkan sebagaimana mustinya. Jika kita mau bersama-sama dan bergotong-royong untuk membersihkan moralitas kita, maka perlahan bangsa ini akan membaik.

Setelah ia memutuskan untuk tidak terjun ke bidang hukum, ia memutuskan untuk fokus dibidang kesenian. Pada saat itu ia menyadari bahwa kehidupan seniman itu tidak menjanjikan apa-apa, belum menjamin kehidupan saya kecuali menjadi seniman yang profesional. Menjadi seorang seniman profesional itu tidak mudah, maka dari itu saya hanya berkesenian. Tujuan saya berkesenian itu hanya untuk berekspresi, seperti dalam seni teater, drama, mengarang. Bukan berkesenian untuk menjadikan tujuan kehidupan dan untuk menghidupi diri saya bahkan justru saya yang terkadang menghidupi kesenian itu sendiri. “Pekerjaan saya itu apa saja, saya pernah menjadi wartawan, menjadi juri apapun itu. Saya itu ibarat pemulung, dimana ada sampah-sampah yang mungkin masíh ada sisa makanan saya ambil”. Dalam hal berkesenian banyak seniman yang berkarya mengikuti kemauan produser, dalam hal ini ia mempunyai dua pendapat yaitu kesenian sebagai barang komoditi dan kesenian sebagai bentuk ekspresi. Kesenian sebagai barang komoditi itu bagian dari industri dan memang harus mengikuti pasar, apa yang diminta pasar maka itu yang dibuat dan itu bisa dijadikan sebagai pekerjaan, sedangkan seni sebagai bentuk ekspresi tidak melihat pasar, hanya sebatas bentuk ekspresi seseorang dan tidak berharap mendapat keuntungan secara materi. Dua hal tersebut memang sangat bertolak belakang, bentuk seni sebagai komoditi bisa mengantarkan seseorang menjadi kaya raya, sedangkan seni sebagai ekspresi hanya mengantarkan nama seseorang dikenal dan karyanya di akui. Tapi ada kemungkinan dua hal tersebut menyatu juga seperti film Laskar Pelangi dan Naga Bonar, kedua film tersebut mendapat keuntungan banyak dari segi materi, sedangkan dari sisi seni sebagai ekspresi juga diakui karyanya oleh pemerhati seni. Sangat jarang ditemukan kondisi dimana para kritikus dan masyarakat umum saling jalan bersamaan. Banyak juga karya yang laku tapi dari segi kualitas sama sekali tidak diakui, begitu juga sebaliknya karya yang nilai seninya diakui sedangkan dari segi materi tidak mendapat apa-apa. Dalam hal ini menurut beliau hanya ada satu kata yang bisa menjadi penengah diantara dua kondisi tersebut yaitu kompromi. Banyak yang menganggap kompromi itu satu kekalahan, dimana kita memberikan kesempatan kepada orang lain bahwa pemikiran kita ditawar dan kita mengikuti pasar. Kalau menurut saya kompromi itu kemenangan. Karena kita berhadapan dengan orang banyak, kita berekspresi itu pasti akan bertemu dengan penikmat, peminat dan penggemar kita, tidak mungkin kita bisa berkomunikasi secara baik dengan mereka kalau kita tidak memperhatikan mereka. Maka dari itu ide kita yang murni dari imajinasi kita harus kita berikan bumbu-bumbu yang terkadang harus memotong ide awal dan menambah dengan segala bumbu lain yang harus kita adaptasikan dari selera masyarakat. Kita perlu mengemas karya tersebut seolah-olah kita berekspresi untuk mereka, sebenarnya kita sedang berekspresi untuk diri kita sendiri tapi kita menolong ekspresi kita supaya dapat menggigit dengan telak siapa yang akan dijumpai oleh ekspresi tersebut. Ia mempelajari hal ini ketika ia menjadi wartawan, “tidak mungkin rasanya saya menulis menunggu mood saya sedangkan waktu terus berjalan dan tidak mungkin saya menulis hanya sesuatu yang saya suka secara pribadi, saya harus mengikuti apa yang dikatakan oleh pimpinan redaksi”. Kompromi itu juga bisa diartikan dengan tekanan, tekanan itu merupakan suatu tenaga rahasia yang bisa membuat kita untuk melakukan suatu hal yang tidak pernah bisa kita lakukan dalam keadaan biasa, jadi kompromi itu luar biasa tenaganya. Jika tidak ada kompromi atau tekanan tersebut kita tidak bisa menghasilkan sesuatu yang maksimal. Saya termasuk individu yang menganggap kata kompromi sebagai suatu kemenangan. Baginya tidak ada masalah perihal karyanya itu lebih ke komoditi atau sekedar ekspresi, tapi kompromi itu ada batasnya. pernah ia mendapatkan penawaran dari satu produser dengan segala tuntutannya, pada saat itu menganggap ini tantangan, ia coba untuk memenuhi permintaan dari produser tersebut dengan segala tuntutannnya”. Ia coba buat satu cerita sesuai keinginannya, ketika sudah selesai ia coba berikan materi yang telah ia buat, tapi si produser menyatakan ketidakpuasannya, “kurang action”, ujar produser tersebut. Lalu ia coba revisi kembali dan menyerahkan materi yang sudah coba ia perbaiki, dan produser tersebut tetap menuntut perubahan dari materinya, “kurang adegan sensual”, katanya. Maka ia memutuskan untuk menghentikan proyeknya itu dan ia kembalikan uang si produser tersebut. “Buat apa saya mendapatkan uang banyak tapi karya saya tidak diakui, uang habis karya juga tidak diakui”, ia tidak mau jika dimakan bulat-bulat dengan kompromi sendiri. “Produser itu kan umumnya hanya pedagang biasa yang mau meraup keuntungan, walaupun katanya produser tersebut memiliki ide cerita dan sebagainya, sebenarnya tujuan utamanya hanya materi”.

Perihal selera pasar kita yang katanya lebih suka dengan film horor, sensual, sinetronnya juga seperti yang kita lihat sekarang, infotainment yang menjual sensasi itu tolak ukurnya darimana? Apakah masyarakat kita haus akan sensasi dan ingin tampil di televisi? Saya sering menerima sms dari rekan politikus yag menginformasikan bahwa ia masuk televisi. Apakah benar orang indonesia seleranya seperti ini? Jika Indonesia ini terdiri dari dua ratus dua puluh juta jiwa penduduk sedangkan menurut info suatu film berhasil ditonton oleh lima ribu jiwa. Apakah sebanding dua ratus dua puluh juta jiwa tersebut di representasikan dengan lima ribu jiwa tersebut. Itu hanya pendapat dari sang produser yang notabene hanya ingin meraup keuntungan, jika dikatakan selera pasar itu hanya menurut dia, lebih tepatnya selera produsernya, lagipula juga pilihan yang ada hanya film-film seperti itu. “Saya percaya bahwa selera masyarakat Indonesia tidak serendah itu”. Pada suatu ketika nanti ketika stándar pendidikan, ekonomi, tingkat kritis masyarakat sudah merata kondisinya tidak akan separah ini walaupun masih tetap ada. Hal-hal yang berbau maksiat, mesum dan sensasi itu dimana-mana ada dan itu bagian dari romántika dan dialektika dari sebuah kehidupan, tapi semoga di masa depan tidak sedasyat saat ini, ibaratnya sebuah kebun apel yang sudah di semprot dengan anti hama akan tetapi tetap saja ada pohonnya yang buahnya masih di gerogoti ulat.

Kesenian kita sudah terlalu jauh masuk ke industri memasuki suatu keadaan yang berbahaya. Sikap kritis dari media sangat perlu dan hak-hak masyarakat juga perlu diperjuangkan. Rakyat sebgai penonton harus dilindungi dan mempunyai hak untuk mengatakan tidak terhadap acara yang tidak berkualitas. Buat apa berkeluh kesah menyatakan sinetronnya jelek tapi dia tidak melakukan apa-apa. Seharusnya kita sebagai indvidu yang hidup di negara hukum ini harus memperjuangkan hak dan kewajibannya. Seperti apa? misal, layangkan surat ke komisi penyiaran. Tuangkan segala kekesalan dan kritikannya agar televisi tidak menayangkan suatu program. Maka dari itu dirinya secara pribadi tidak setuju kalau lembaga sensor dihapuskan, karena diseluruh dunia ada sensor dan komisi penyiaran juga harus lebih tegas dalam hal menyeleksi program siaran yang pantas untuk di tayangkan di televisi. Di negara lain masyarakatnya sudah tumbuh kesadaran akan sensor. Meskipun beberapa negara tidak memiliki lembaga sensor, tapi parental guide dan masyarakat sudah mensensor hal yang tidak baik misal dalam penggunaan kata, jika ada kata-kata kasar suaranya di hilangkan dan ada jam-jam tertentu dalam hal penayangan program televisi. Sedangkan disini, “saya ingat betul ketika anak saya masih berumur dibawah 10 tahun saat itu dan saya menonton film Batman yang tertera batas umurnya itu umur 13 tahun, “Saya tanya keamanannya apakah anak saya boleh masuk karena belum berumur 13 tahun?”Jawaban dari orang tersebut “yah terserah bapak”. Apa itu? Apakah keuntungan secara materi lebih penting daripada moralitas?Seperti reality show, di pertunjukkan secara jelas mereka berkelahi dan caci memaki dan itu semua hanyalah kebohongan. Moral apa ini?ikatan moral kita untuk menjaga moral dan masa depan bangsa ini sudah tidak ada, program seperti itu hanya mendatangkan duit saja sedangkan masalah pendidikan yang bisa diambil tidak ada, yang penting profit dari iklan. Kecintaan akan materi itu sudah mencuci otak kita seolah materi itu segalanya. “Maka dari itu kita butuh hukum, hukum dan segala peraturannya itu tidak menyiksa kita, justru memberikan arahan kepada kita apa yang pantas kita lakukan atau tidak”, karena selama ini sebagian besar orang mengangap hukum itu membatasi bagaikan pedang yang melarang dan membelenggu kita”, ujar penggemar Led Zeppelín dan Deep Purple ini.


niat awalnya ialah mewawancarai seorang christine hakim. tapi apa daya beliau nampaknya sedang sibuk dengan syuting eat,pray, love saat itu. disaat dedy mizwar menggantungkan dan memberikan janji-janji palsu, saat itu saya sedang berada di taman ismail marzuki dan melihat seorang pria yang tidak pernah lepas dari topi petnya sedang melangkah terburu-buru. segera saya berlari mengejar beliau dan menanyakan nomor telepon beliau. keesokan harinya saya coba hubungi nomor yang beliau kasih, saya utarakan maksuda saya dan lusa saya sudah berada di teater mini IKJ. awal wawancara saya sedikit kebingan karena beliau tidak mau menjawab pertanyaan yg sifatnya data. dengan sedikit memutar otak akhirnya sesi wawancara pun berhasil diselesaikan dengan hasil yang menurut saya maksimal.