Sunday, September 12, 2010

this is my heaven, and i fight for it...

Tulis saja pasti akan ada gunannya....

ya, saya mengutip dari seorang teman yang tentu saja ia kutip dari orang lain...sebenarnya saat ini sedang tidak ada sesuatu yang ingin saya tulis, tapi ada rasa ingin berbagi..tapi saya sendiri tidak tahu apa yang ingin saya bagi saat ini...ada perasaan gundah, resah,takut, dan...
takut, itu memang kata yang cukup bersahabat dengan diri saya. saya masih ingat betul seperti apa rasa takut yang tiba-tiba menghajar saya ketika saya pertama kali masuk kampus. Dengan image kampus yang katanya senioritas. Saya takut!!!tapi ketika saya jalani beberapa tahun, akhirnya saya pun menguasai kampus tersebut. dan ketakutan tetaplah sekedar ketakutan. saya masih ingat betul pertama kali manggung dengan band saya yang namanya saat itu belum hard to kill, namun beberapa dari personel di band itu personel hard to kill. saya ingat band sebelum saya tampil memainkan Nirvana, wawwww....keren sekali perform mereka saat itu. Dan lagi-lagi rasa takut menghajar batin saya. F*CK....sampai akhirnya band saya di panggil, saya setting alat dengan kemampuan ala kadarnya,  yang ada di kepala saya ialah, apapun itu lakukan dengan sangat fun, dan akhirnya intro lagu dari Soulfly dengan judul Tribe saya mainkan, yeah....adrenalin seperti mengalir dalam darah saya, ketakutan tetaplah sebuah ketakutan. beberapa hardcore kids dan metalheads berdansa dengan liarnya di depan saya...FUCK YEEEAAAHHHHH......Dan saat ini ketakutan kembali menyapa saya...agak sulit untuk menterjemahkan rasa takut kali ini. ketakutan yang begitu begitu besar namun saya yakin ini hanyalah rasa takut yang kerap menyapa saya untuk memberikan kekuatan. Saya percaya rasa takut itu hadir justru bukan untuk melemahkan seseorang namun justru memberikan kekuatan. Saya percaya betul jika satu rasa yang sifatnya negatif di tanggapi dengan pola pikir positif tentu akan memberikan dampak positif bagi seseorang. Saya meyakini bahwa ini merupakan ketakutan terbesar dalam hidup saya untuk saat ini dan saya yakin justru rasa takut ini akan memberikan kekuatan yang begitu besar dan hebatnya bagi diri saya.

Thursday, September 2, 2010

Perjalanan di Tanah Suci...

Tidak pernah sebelumnya terpikirkan oleh saya bahwa suatu hari nanti saya akan menginjakkan kaki saya di tanah suci, Mekah. saya seorang pendosa yang sangat kotor dan tidak suci. ketika tawaran sampai ditelinga saya, saya bingung mengiyakan atau tidak. karena itu tadi, pengakuan dosa bahwa saya seseorang yg kotor dan penuh dosa, yang mengakibatkan ketakutan pada diri saya. banyak cerita-cerita yang sampai ke telinga saya bahwa, apa yang kita lakukan sehari-hari disana nanti akan mendapatkan sentilan. hari demi hari saya semakin takut ketika akhirnya saya mengiyakan tawaran tersebut. apa yang membuat saya mengiyakan iyalah, saya teringat dengan percakapan papa da mama beberapa bulan sebelum papa pergi. begini, "pah, kita umroh yuk bulan maret nanti, atau gak tunggu mama pensiun aj yah? kira-kira mama kuat gak yah pah?" dan papa menjawab, "pasti kuat mah". tidak lama papa pergi meninggalkan kami sekeluarga dan meninggal janji kepada mama untuk umroh. maka egois sekali rasanya jika saya hanya memikirikan kira-kira sentilan apa yang akan saya hadapi disana sedangkan mama sangat menginginkan perjalanan ini, maka ketika saya mendapat tawaran untuk mendampingi mama, saya mengiyakan. dengan alasan bahwa saya mendampingi mama dan menebus janji papa yang tidak sempat di jalankan. tulisan ini bukan lah sebuah tulisan yang nantinya akan menceritakan detail perjalanan saya, dan saya juga tidak menceritakan pengalaman spiritual saya disana seperti apa, dan saya juga tidak bilang bahwa saya telah tobat dengan sepenuhnya, namun dua hal yang saya pelajari disana ialah ilmu sabar dan ikhlas. kali ini saya hanya sekedar berbagi hasil dokumentasi saya selama disana yang telah di edit oleh seseorang yang biasa saya panggil "ade" ade yang saya maksud itu ialah sosok yang ada di tulisan "dia" itu "kamu".


Entah ini berada di ketinggian berapa dan sudah berada dimana tapi saya senang sekali melihat langit sore itu.


Suasana malam hari di halaman Masjid Nabawi di malam hari, begitu banyak anak kecil berlarian, dan para orang tua mereka tidak sungkan untuk sekedar duduk-duduk menikmati udara dan keindahan masjid dimalam hari.


Suasana Masjid Nabawi di pagi menjelang siang hari. cuaca memang tidak panas namun memang matahari silau sekali, sehingga payung di halaman Masjid Nabawi di buka.


Seperti ini payung yang saya maksud, sehingga para jemaah yang ingin melakukan shalat namun di dalam sudah tidak muat ataupun telat menuju kedalam tetap bisa melaksanakan ibadah tanpa harus merasa kepanasan.

Salah satu hal yang paling saya suka di sekitar masjid ini ialah para pedagang beserta dagangannya, masing-masing dari mereka saling berlomba untuk menarik hati para jemaah untuk membeli dagangan mereka.


Segala kemungkinan bisa saja terjadi di Tanah Suci ini, saya lupa ini masjid apa namanya, tapi ada satu kejadian yang cukup mengetuk hati saya. namun dengan kejadian ini konon katanya, kita akan kembali ke tanah suci ini. ya saya berharap saya  bisa kembali ke Tanah Suci beserta dengan seorang wanita yang akan menjadi pendamping saya hingga tua nanti.


ini mama saya...nuff said...!!!


ini saya, yang memakai hodie berwarna biru tentunya...seingat saya ini sekitar pukul 11 waktu madinah yah, kalau di Jakarta jam 11 siang memakai hodie merupakan satu tindakan tolol kecuali kita sedang berkendara motor atau di dalam ruangan ber-ac. tapi disini saya sama sekali tidak merasakan kepanasan. justru hawa sejuk yang saya rasakan. maka hodie ialah solusi dari hawa dingin tersebut.


ini dia, susu unta.mungkin dari salah satu unta yang saya pegang-pegang tadi. awalnya saya agak ragu untuk mencoba susu unta tersebut. saya berada di tengah padang pasir, tidak ada tempat singgah yang sekiranya bisa saya singgahi jika efek dari susu unta tersebut tidak cocok dengan perut saya. tapi setelah saya pikir-pikir, kapan lagi saya mencoba susu unta segar yang baru saja di perah. Dan akhirnya rasa penasaran terpuaskan dan ketakutan hanyalah sebuah ketakutan.


Ini dia, agak kesulitan saya mencari foto yang satu ini, ternyata berada di hp saya. Ditempat ini lah, Nabi Adam dan Siti Hawa di pertemukan kembali setelah dipisahkan beberapa lama. Saya lupa persisnya seperti apa sejarahnya, namun kebanyakan umat muslim percaya bahwa apabila kita berdoa untuk dipertemukan dengan jodoh kita, insya Allah akan terkabul. Saya pun tidak ketinggalan berdoa untuk dipertemukan dengan jodoh saya, walaupun saya tidak ikut mendaki ke atas bukit dikarenakan rombongan kami tidak berlama-lama di tempat ini.

kota kedua yang saya kunjungi ialah Mekkah, rasa tak percaya masih menyelimuti pikiran dan hati saya. Terlebih ketika saya akhirnya melihat Kabbah dengan mata kepala saya sendiri. Beberapa hasil dokumentasi saya selama di Mekkah, tapi saya agak kesulitan untuk mendokumentasikan Kabbah karena ketakutan membawa digicam kedalam masjid nabawi dan hasil foto melalui ponsel saya pun kualitasnya tidak terlalu baik, padahal berkali-kali saya coba ambil dalam berbagai angle tapi memang Allah SWT tidak meridhoi saya untuk mendokumentasikannya dengan baik.

Seperti inilah keadaan Masjidil Harram di malam hari, saya ambil gambar ini di halamannya.


begitu ramainya umat muslim yang melaksanakan shalat di malam hari, keadaan masjid dikatakan sangat ramai mulai dari shalat maghrib hingga isya, sehingga jika kita melakukan tawaf di jam-jam tersebut maka sulit bagi orang-orang tua. terutama bagi yang menggunakan kursi roda, sudah bisa dipastikan tidak bisa melakukan tawaf di bawah, karena para laskar tidak mengizinkan mengingat ramainya. Alhasil, selama 2 malam saya bersama ibu saya melakukan tawaf di atas. perbandingan waktunya sangat terasa sekali. sepupu saya dan saya memulai tawaf pada jam yang sama sekitar pukul 17.30 dan mereka selesai prosesi umroh sekitar pukul 19.00. Sedangkan saya selesai pada pukul 20.00 mendekati 21.00.

bagaimana keadaan di siang hari???seperti ini keadaan di siang hari.
Dan foto ini saya ambil menjelang para jemaah melakukan shalat Dzuhur, ketika adzan berkumandang seketika orang-orang bergegas menuju masjid dan para pedagang langsung menutup toko maupun barang dagangannya.

Niatnya sekedar mengabadikan moment ketika jemaah baru saja menunaikan shalat Dhuzur, tapi ternyata ada seekor burung yang ikut dalam foto ini. saya suka sekali foto ini.
Mungkin dari sekian kali saya mencoba mengabadikan Kabbah ini yang terbaik. Foto ini saya ambil sekitar pukul 9 keatas sehingga jemaah yang melakukan tawaf sudah tidak terlalu ramai.
Saya ingat betul, hari itu merupakan hari terakhir saya diberi kesempatan melaksanakan ibadah Umroh, jadi saya setelah shalat subuh ingin rasanya saya melakukan tawaf sendirian, namun mama ingin turut serta. terkadang ada rasa saya ingin menikmati ibadah ini sendirian. tapi apa daya, saya seperti marah sesaat, dalam hati saya di tempat sesuci ini pun masih ada setan yang merasuki pikiran saya. terlalu egois rasanya apabila saya meninggalkan mama saya sendirian dan saya tawaf sendirian. saya jauhkan rasa egois saya dan saya menuruti apa kata mama, ternyata kenikmatannya luar biasa. I kiss the Hajjar Aswad....setelah saya mengadu di depan Kabbah dan memohon ampun atas segala dosa yang pernah saya perbuat, dan saya meminta maaf kepada mama saya atas segala kesalahan saya selama ini.
 
Seperti yang saya tulis diatas, perjalanan ini merupakan salah satu titik tolak dalam kehidupan saya yang sekiranya telah membangunkan saya dari tidur saya yang panjang, titik tolak pertama ialah kepergian seorang ayah. Dari perjalanan ini saya mempelajari dua hal yang sangat sulit rasanya untuk di terapkan dalam kehidupan sehari-hari walaupun kedua hal ini sebenarnya hal yang sederhana. Yaitu, Sabar dan Ikhlas. Untuk Mama seorang, terima kasih atas hadiah yang engkau berikan kepada saya, perjalanan ini sekiranya akan menjadi bekal untuk pegangan hidup rachmat kedepannya. mengingat umur mama yang tidak lagi muda, fisik mama yang tidak lagi terlalu sehat, lambat laun mama akan pergi ninggalin rachmat untuk selamanya. Apa yang rahmat lakukan selama perjalanan umroh kita merupakan salah satu pengabdian rachmat kepada mama, di satu malam disaat kita sedang tawaf, dan saat itu saya sudah merasakan lelah yang begitu hebatnya, mama bertanya, "capek mat?" dan saya bilang "iya mah, sedikit" kemudian mama kembali berkata, "ini baru sekali kamu sikut mama ketika kamu masih dalam perut mama". bukan rasa kesal yang saya rasakan setelah perkataan itu namun rasa penyesalan atas apa yang selama ini telah saya lakukan kepada mama, seperti berbohong, berkata kasar maupun perbuatan dosa lainnya. maafin rachmat ya mah atas segala kesalahan yang udh pernah rahmat lakuin ke mama. you are my priority mom....
love u mommy...
Jusrida Tara the greatest mom....